Bagian V Bab 2. Ibadah Haji Kecil yang Disebut Umroh dan Perdukunan (Okultisme) di Mekah

Bagian V Bab 2. Ibadah Haji Kecil yang Disebut Umra’ (Umroh) dan Perdukunan (Okultisme) di Mekah

Berdasarkan sejarah, Haji Umra’ adalah upacara agama Jin Arab yang berkisar pada dua dukun utama agama itu.

Kita akan menelaah Haji kecil yang disebut Umra’, dan perdukunan (okultisme = aliran kepercayaan gaib) di Mekah yang menyertainya. Di daerah sekitar Mekah, masyarakat mempraktekkan ibadah agama yang disebut Umra’, atau “kunjungan.” Ini merupakan ibadah haji kecil, yang dilakukan sejak jaman pra-Islam.Umra’ ini berhubungan dengan upacara² agama Jin Arab, terutama karena bersangkutan dengan penyembahan terhadap batu² dan patung² berhala. Dua patung berhala yang disembah adalah patung² dua dukun agama Jin, yakni patung Isaf (berkelamin pria), dan Naila (berkelamin wanita). Menurut kisahnya, dua dukun ini berhubungan seks di dalam Ka’bah, di Mekah, sehingga para dewa menghukum mereka menjadi dua buah patung batu.

Masyarakat Arab membuat banyak replika dari kedua patung ini untuk disembah. Patung² mereka yang terpenting diletakkan di Safa dan Marwa, dan dua patung lainnya diletakkan di bukit dekat sumur Zamzam. Sejarawan Islam bernama Al-Shahrastani mengatakan bahwa Amru bin Lahi meletakkan patung² di Safa dan Marwa. [83] Tapi Amru bin Lahi hanyalah tokoh karangan Muslim saja. Umat Muslim berusaha menyalahkan semua faktor paganisme Arab padanya, menuduhnya membawa semua patung², berhala², dan ibadah pagan ke Arabia. Ini semua hanyalah alasan saja, karena paganisme dan penyembahan terhadap bintang² dan bulan di Arabia sudah dilakukan sejak jaman kuno, seperti keterangan yang tercantum di Alkitab dan berbagai prasasti Assyria, yakni sejak abad ke-9 SM. Keterangan sejarah kuno ini menjabarkan berbagai dewa berhala yang disembah suku² Arab yang berhubungan dengan bangsa Assyria. Para sejarawan Yunani yang mengunjungi Arabia, dimulai dari Herodotus di abad ke-5 SM, juga membenarkan keterangan yang tercantum di Alkitab dan prasasti Assyria. Dengan begitu, Islam secara sia² berusaha memisahkan ibadah Islam dari latar belakang asli pagannya dengan cara menciptakan tokoh dongeng Amru bin Lahi yang sebenarnya tidak pernah ada.
[83] Al Shahrastani, Al Milal Wal Nahel, hal. 578

Di jaman pra-Islam, patung² Isaf dan Naila diletakkan di batu² utama Ka’bah di Mekah dan pada dua batu di Safa dan Marwa. Dalam ibadah Haji Umra’, para peziarah harus mengelilingi patung² ini tujuh kali. Hal ini menerangkan pada kita ibadah asli di Mekah jaman pra-Islam, dan Haji Umra’ yang berhubungan dengannya.

Ibadah agama di Mekah merupakan kombinasi dari dua kepercayaan: ibadah Dewa² Bintang Arab dan ibadah perdukunan Arab. Ibadah Dewa² Bintang Arab diselenggarakan oleh para Kahin (Kahin = tunggal, Kahun = jamak), yang adalah para dukun agama Jin Arab, dan mereka adalah satu²nya badan organisasi agama pagan di Arabia. Tiada dukun dalam ibadah Dewa² Bintang Arab. Para Kahin mendominasi berbagai Ka’bah dan kuil pemujaan bagi para dewa Keluarga Bintang Arab. Ka’bah di Mekah memiliki Kahin² yang bertanggungjawab atas kegiatan di sekitar Ka’bah. Salah satu dukun Kahin yang terkenal bernama Waki’a وكيع. Waki’a melafalkan ayat² berirama yang serupa dengan ayat² berirama dalam Qur’an.

Selain itu juga terdapat seekor ular di Ka’bah yang hidup di dalam sumur di tengah Ka’bah, di mana para umat melemparkan pemberian² mereka. [84] Bangsa Arab menganggap ular sebagai Jin atau setan. [85] Hal ini menerangkan bahwa ular alias Jin tersebut disembah para peziarah yang mengunjungi Mekah. Pemberian² mereka dilemparkan kepada sang ular sebagai tanda penghormatan, penyembahan dan rasa takut karena ular itu dianggap sebagai Jin atau setan. Hal serupa juga kita dapatkan di berbagai kuil India di mana terdapat ular yang diberi persembahan makanan atau barang berharga karena binatang itu dianggap sebagai dewa utama di kuil tersebut.
[84] Tarikh al-Tabari, I, hal. 525
[85] Taj Al Aruss, I, hal. 147, 284

Hipotesa kami tentang ibadah Jin di kuil Ka’bah ditunjang dengan fakta nama Allah, yang menurut penulis² Arab kuno, berasal dari Allaha, yang merupakan gelar bagi sang ular. [86]
[86] Taj Al Aruss, 9: 410

Apakah Agama Sebenarnya Abdul Mutalib, Orang yang Menggali Sumur Zamzam untuk Memuja Isaf dan Naila?

Patung² Isaf dan Naila diletakkan di atas sumur Zamzam. Ibn Hisyam, yang mengedit buku Sirat Rasul Allah, biografi tertua Muhammad, mengatakan bahwa kedua patung itu dipuja di dekat sumur Zamzam. Katanya, para pemuja mengorbankan binatang² mereka pada kedua patung ini. [87] Hal ini menunjukkan bahwa patung Zamzam dibuat untuk menyembah kedua patung dukun Jin tersebut. Adalah Abdul Mutalib, kakek Muhammad, yang mempersembahkan sumur Zamzam itu bagi kedua dukun Jin dan patung²nya. Kesimpulan ini diambil dari beberapa alasan. Pertama, Abdul Mutalib menggali sumur Zamzam. [88] Kedua, Abdul Mutalib merupakan salah satu pemuja patung² kedua dukun Jin. Dia begitu terpukau oleh perdukunan sehingga dia ingin mengorbankan salah seorang putranya di kaki kedua patung itu di dekat sumur Zamzam. Putranya ini bernama Abdullah, bapak Muhammad. Ketika Abdul Mutalib telah siap menghujamkan pisaunya untuk membunuh putranya Abdullah, saudara laki Abdul Mutalib datang dan menyelamatkan anak laki itu. [89]
[87] Ibn Hisham, I, hal. 69
[88] Ibn Hisham, I, hal. 117 and 118
[89] Ibn Hisham, I, hal. 126; Halabieh, I, hal. 58

Gagasan mempersembahkan putra sendiri pada Jin atau dukun utama telah dikenal luas, tidak hanya di Arabia saja, tapi juga di berbagai belahan dunia jaman kuno. Bahkan sekarang pun masih ada saja aliran² perdukunan yang mempersembahkan anak² jemaatnya pada para setan. Fakta bahwa Abdul Mutalib berusaha mengorbankan putranya di hadapan kedua patung menunjukkan bahwa agama Jin Arab merupakan agama yang paling diimaninya.

Alasan ketiga adalah Abdul Mutalib punya hubungan erat dengan para Kahin agama Jin. Abdul Mutalib berkonsultasi dengan para Kahin ketika menghadapi masalah. Para Kahin ini adalah penasehatnya, dan Abdul Mutalib rela melakukan perjalanan jauh untuk menemui Kahin terkenal dan minta nasehatnya. Ketika terjadi pertikaian antara suku Quraish dan Abdul Mutalib gara² sumur Zamzam, Abdul Mutalib memilih seorang Kahinah (Kahin wanita) terkenal untuk memutuskan perkara. Kahinah inilah yang menunjuk Kahin² lain yakni Satih dan Shak’ untuk menggantinya setelah dia mati. [90] Al-Halabiyah mengatakan tentang kedua Kahin agama Jin ini:
[90] Halabieh, I, hal.122

Mereka merupakan ketua² Kuhan dan yang berpengetahuan tentang perdukunan dan imamat Jin. [91]
[91] Halabieh, I, hal.122

Ibn Hisyam menyebut tentang Kahinah ini, “Dia adalah Kahinah dari keluarga Saad Hutheim.” [92] Ketika pertikaian terjadi antara Abdul Mutalib dan Bani Kilab, Abdul Mutalib pergi menemui Kahin bernama Rabiah Bin H’thar al-Asadi untuk menghakimi perkara. [93] Konsultasi dengan Kahin Jin merupakan kebiasaan kakek moyang Muhammad. Hisyam, ayah dari Abdul Mutalib, terkenal suka berkonsultasi dengan Kahin utama dari suku Khuzaa’h. [94] Banyaknya contoh² seperti ini menyingkapkan hubungan kakek moyang Muhammad dengan agama Jin Arab.
[92] Ibn Hisham, I, hal. 119
[93] Al-Nuwayri, Nihayat al-arab fi funun al-adab, 3, hal. 133
[94] Al-Nuwayri, Nihayat al-arab fi funun al-adab, 3, hal. 123

Jika alasan² di atas masih dianggap kurang meyakinkan, ada dua lagi bukti bahwa Abdul Mutalib merupakan pemimpin agama Jin Arab. Ketika Abdul Mutalib mempersembahkan putranya Abdullah (ayah Muhammad), dia melakukan hal ini melalui seorang Kahinah, di bawah perintah Jin yang berhubungan dengan Kahinah ini. Para penulis biografi Muhammad, termasuk Ibn Hisyam, mengatakan bahwa Abdul Mutalib membawa Abdullah menemui Kahinah bernama Khutbah. Wanita ini hidup di kota Khaybar yang terletak di Arab utara tengah. [95] Ketika mengunjungi Khubtah, Abdul Mutalib menyampaikan tekadnya untuk membunuh putranya jika Kahinah itu memerintahkan begitu. Kebiasaan ini memang sering dilakukan oleh para umat perdukunan bagi para roh yang terdapat pada benda² ibadah atau melalui dukun. Roh itu bisa meminta nyawa anak dikorbankan padanya, atau sang dukun bisa meminta orangtua anak mempersembahkan anjing atau binatang lain sebagai korban bagi roh tersebut. Sudah jelas bahwa di dalam kasus Abdul Mutalib, kita berhadapan dengan fenomena yang sama yang dipraktekkan berbagai sekte perdukunan. Roh² agama Jin berkuasa atas nasib anak² yang lahir dari keluarga umat agama itu. Inilah alasannya mengapa banyak anak² yang dikorbankan bagi para jin atau roh itu.
[95] Ibn Hisham I, hal. 126 dan 127

Abdul Mutalib menunjukkan pengabdian sepenuhnya pada kepercayaannya. Dia siap menerima keputusan Khutbah yang menjadi perantara Jin. Ibn Hisyam menjelaskan jawaban Khutbah terhadap pertanyaan Abdul Mutalib, “Kembalilah padaku setelah satu hari sampai dia yang berhubungan denganku mendatangiku.” [96] Yang dimaksud Khutbah adalah Jin yang sering berhubungan dengannya. Ternyata sang Jin memang datang padanya dan memberitahunya bahwa unta² harus dipersembahkan dan bukan Abdullah, yang nantinya jadi ayah Muhammad.
[96] Ibn Hisham, I, hal. 126; Halabieh, I, hal. 58

Untuk mengetahui agama seseorang, kita hanya perlu melihat di mana dia mentahbiskan anak²nya. Jika dia mentahbiskan anak²nya di gereja, sudah jelas bahwa dia adalah orang Kristen. Jika dia mentahbiskan di sinagog Yahudi, tentunya dia adalah orang Yahudi. Jika dia mentahbiskan di kuil Sabi, tentunya dia adalah penganuh agama Sabi. Tapi jika dia mempersembahkan anaknya di upacara perdukunan melalui medium atas perintah Jin, maka tentunya dia memeluk kepercayaan perdukunan yang diwakili medium atau dukunnya. Jadi itulah agama Abdul Mutalib. Tidak jauh dari Mekah, terdapat banyak gereja² Kristen, terutama di kota Najran. Banyak pula sinagog di dekat Mekah, tapi Abdul Mutalib menjauhi semua tempat ibadah tersebut, dan lebih memilih mempersembahkan putranya melalui Kahinah, dukun wanita agama Jin.

Hal lain yang juga harus dipertimbangkan adalah keinginannya untuk mencari istri bagi putranya Abdullah diantara para dukun wanita agama Jin. Dia memperkenalkan Abdullah kepada banyak dukun wanita muda. Di salah satu kejadian yang tertulis di Sira Halabiyah, tertulis sebagai berikut:

Ketika Abdul Mutalib menemani putranya Abdullah untuk mempersiapkan pernikahan, dia bertemu dengan seorang Kahinah yang merupakan dukun wanita agama Jin dari Tubbalah, kota kecil di Yaman. Nama wanita itu adalah Fatima, putra dari Mur al-Khathmie الخثعمية.
[97]
[97] Halabieh, 1, hal. 63

Dukun wanita lain yang diperkenalkan pada Abdullah adalah Rukhiah Binti Naufal رقية. Wanita ini juga merupakan Kahinah agama Jin. Ibn Hisyam, penulis biografi Muhammad yang terkemuka, menjelaskan bahwa Abdullah bertemu dengan Rukhiah di Ka’bah, dan ini berarti Rukhiah merupakan bagian ibadah perdukunan yang berlangsung di Ka’bah di Mekah. [98]
[98] Ibn Hisham, I, hal. 128

Khadija, Istri Pertama Muhammad, dan Saudara Sepupunya Waraqa

Rukhiah adalah saudara perempuan Waraqa bin Naufal, pendeta aliran Ebionit yang merupakan saudara sepupu Khadijah, istri pertama Muhammad. Waraqa-lah yang meyakinkan Muhammad untuk jadi nabi. Muhammad sering bertapa di gua Hira, dekat Mekah. Suatu hari dia pulang dari gua Hira sambil merasa ketakutan. Dia mengatakan pada istrinya bahwa sebuah jin mengaku sebagai Jibril muncul di hadapannya dan mencekiknya tiga kali. Setelah pertemuan gaib itu, Muhammad yakin dirinya dimasuki setan. Tapi Khadijah yakin bahwa Muhammad akan jadi nabi Allah. Perlu diperhatikan bahwa jika seorang malaikat muncul di Alkitab, mereka tidak pernah mengancam siapapun atau memaksa orang harus jadi nabi.

Khadijah dulu menikah dengan Nabash Bin Zarareh Bin Wakdanنباش بن زرارة بن وقدان, seorang peramal Jin, sebelum Khadijah bertemu Muhammad. Jin muncul di hadapan Nabash dalam bentuk orangtua yang memberinya petunjuk. [99] Sebagai istri peramal Jin, citra Khadija terangkat karena banyak orang Arab yang datang untuk konsultasi dengan peramal Jin dan membayar servisnya. Hal ini juga menerangkan mengapa Khadijah bisa jadi kaya. Selain itu, dia juga punya bisnis kafilah yang membawa barang² dagangan dari Syria ke Mekah. Setelah Nabash wafat, Khadijah memperkerjakan Muhammad dalam bisnis kafilahnya, dan lalu menikahinya, meskipun Muhammad dua puluh tahun lebih muda darinya.
[99] Ibn Darid, Al-Ishtiqaq, hal. 88 dan 89

Setelah pengalaman buruk di Gua Hira membuat Muhammad tertekan, Khadijah mengirim Muhammad pada Waraqa agar meyakinkan Muhammad bahwa dia dipanggil untuk jadi nabi Allah. Waraqa ternyata berhasil meyakinkan Muhammad dan bertanggungjawab atas ditulisnya kebanyakan ayat² Qur’an di awal Islam. Waraqa menyelipkan doktrin² Ebionit tentang Yesus ke dalam Qur’an, yang mengatakan bahwa Yesus adalah nabi, dan Dia tidak disalib, tapi Tuhan membuat orang lain jadi tampak seperti Yesus. Orang ini disalib karena orang² mengira dia adalah Yesus. Doktrin ini awalnya diciptakan oleh Simon, dukun dari Samaria, yang lalu menciptakan aliran bid’ah yang dinamakan Simonisme. Alirannya lalu menjadi akar doktrin yang kemudian dikembangkan oleh para Gnostik di masa depan. Hyppolytus menulis di bukunya yang berjudul “The Refutation of all heresies” (Bantahan terhadap semua pemahaman bid’ah) tentang gagasan Simon mengenai Yesus:

Yesus Kristus dirubah, dan diserupakan dengan para penguasa dan kekuatan dan malaikat, datang untuk pemulihan (berbagai hal). Dan lalu tampaknya Yesus muncul sebagai manusia, padahal sebenarnya dia bukanlah orang. Dan tampaknya dia menderita, padahal sebenarnya tidak mengalami penderitaan, tapi tampak demikian pada pandangan masyarakat Yahudi. [100]
[100] Hyppolytus, The Refutation of All Heresies, jilid VI , Bab xiv

Gagasan bahwa Tuhan membuat orang lain mirip Yesus dan lalu disalib ternyata diterima oleh kelompok² bid’ah yang terkenal dengan nilai² amoralnya, seperti sex bebas dan berhubungan dengan perdukunan. Waraqa adalah salah satu umat aliran² ini.

Waraqa juga merupakan salah satu pendiri kelompok kepercayaan Hanif. Dalam keterangan pertama biografi Muhammad yang ditulis Ibn Hisyam di abad ke-8 M, tertulis:

Kaum Hanif atau Ahnaf adalah kelompok kecil yang dimulai oleh empat orang Sabian di Mekah. Mereka adalah Zayd bin Amru bin Nafil, Waraqa bin Naufal, Ubaydullah bin Jahsh, dan Uthman Bin al-Huwayrith. [101]

Para pendiri agama Hanif ini punya hubungan keluarga dengan Muhammad. Mereka adalah keturunan Loayy, salah satu kakek moyang Mumammad. Terlebih lagi, Waraqa bin Naufal dan Uthman Bin al-Huwayrith adalah sepupu Khadijah. Kita tahu akan hal ini dari silsilah keluarga Muhammad yang ditulis oleh Ibn Hisyam. [102] Ubaydullah bin Jahsh adalah sepupu Muhammad dari pihak ibu. Muhammad menikahi janda Ubaydullah, yakni Umm Habibah. Semua ini mengungkapkan dekatnya hubungan antara Muhammad dan para pendiri agama Hanif.
[101] Ibn Hisham 1, hal. 242: dikutip oleh Jawad Ali, vi, hal. 476
[102] Ibn Hisham, bagian pertama; hal. 63 dan 76

Kelompok ini tak dikenal diluar Mekah, tapi Umayya bin Abi al-Salt, sepupu Muhammad dari pihak ibu, dianggap sebagai anggota kelompok ini. Dia hidup di kota Taif. Tertulis bahwa banyak orang yang lalu menerima agama ini dan mencampurkannya dengan berbagai aliran polytheisme, paganisme, dan perdukunan. Sangatlah tak tepat jika dikatakan mereka menganut kepercayaan Abraham dan nabi² lain di Perjanjian Lama. Sungguh menggelikan bahwasanya umat Muslim percaya bahwa kelompok pagan ini menganut kepercayaan yang benar.

Dongeng² yang mereka percayai dan cantumkan dalam puisi² mereka juga tertulis di Qur’an karena Muhammad adalah bagian kelompok ini sewaktu dia masih muda. Dia mengatakan bahwa dia percaya pada imamat mereka, dan dia pun diketahui punya hubungan erat dengan kelompok ini. Dia terpengaruh akan ajaran² mereka, seperti misalnya surga penuh dengan free sex. Semua ini menunjukkan bahwa Muhammad sangat terlibat dengan kelompok Hanif dan juga menyerap gagasan² mereka. Di Qur’an kita dapatkan sebagian dari dongeng² Hanif.

Tidak diketahui dengan jelas apakah kelompok ini menyebut diri mereka sebagai Honafa’ atau Ahnaf, atau apakah julukan ini diberikan oleh masyarakat, tapi kata “hanif” sendiri memiliki konotasi yang negatif, yang berhubungan dengan perbuatan negatif. Kata hanif berarti “mengikat, mengurung, salah, berprasangka, dan tersesat. Kata Arab ini berasal dari kata kerja hanafa yang berarti “untuk jadi terikat.” [103] Meskipun Qur’an menunjukkan makna positif dari istilah Hanif, tapi maknanya tidaklah begitu di jaman Muhammad. Jawad Ali, ahli Islam dari Iraq, menulis, “Umat Hanif keluar dari jalan yang benar.” Jawad Ali mengutip banyak penulis² kuno Islam yang tetap mempertahankan makna hanif yang sebenarnya di jaman Muhammad. [104] Menurut Jawad Ali, kata itu diambil dari kata Aramaik yang berarti “tak bertuhan, penuh tipu daya, munafik, kafir atau menyesatkan.” [105]
[103] Al-Munjed, Arabic dictionary, hal. 158
[104] Jawad Ali, al-Mufassal, vi, hal. 451
[105] Jawad Ali , al-Mufassal, vi, hal. 454

Bagaimana pun kau melihatnya, istilah hanif adalah negatif di jaman Muhammad, seperti yang kita lihat dalam bahasa Arab dan Aramaik. Hal ini menunjukkan bahwa nama hanif bukanlah nama pilihan umat Hanif, tapi julukan yang diberikan masyarakat Arab yang hidup bersama mereka, sebagai pencerminan tingkahlaku mereka yang dianggap amoral dan sesat.

Reputasi Amoral Kaum Hanif dan Akibatnya pada Muhammad

Contoh perbuatan amoral kaum Hanif tampak pada syair²nya, seperti puisi yang disusun oleh Waraqa bin Naufal, salah satu pendiri kelompok ini. Di puisinya, dia membual pengalamannya memperkosa seorang gadis di rumahnya dan menikmati sex bersamanya. Di puisinya, dia mendorong orang lain untuk melakukan hal ini. [106] Ajakan amoral Waraqa ini berakibat besar bagi Muhammad, yang belajar darinya.
[106] Al Asbahani, Al-Agani 3, hal. 118

Ketika Waraqa mati, para penulis biografi Muhammad mengatakan, “Wahyu tidak turun lagi.” [107] Karena itu, Muhammad ingin bunuh diri berkali-kali dengan cara menjatuhkan diri dari gunung. Para penulis saling bertentangan pendapat tentang lamanya masa Muhammad ingin bunuh diri; sebagian mengatakan empatpuluh hari, yang lain mengatakan tiga tahun. [108] Butuh waktu cukup lama sebelum akhirnya Muhammad menemukan sumber² lain bagi ayat² Qur’an-nya.
[107] Sahih al-Bukhari, 1, hal. 4
[108] Halabieh, I, hal. 421

Bagaimana Kita Harus Menyebut Kakek Muhammad yang Menggali Sumur Zamzam?

Aku telah menerangkan bahwa Abdul Mutalib ingin mencari istri bagi putranya Abdullah, yang nantinya menjadi ayah Muhammad. Abdul Mutalib menolak banyak dukun Jin wanita dalam mencari istri putranya. Akhirnya dia memilih Aminah, saudara sepupu Soda binti Zehra, Kahinah utama di Mekah. Al-Halabiyah, penulis biografi Muhammad, dalam Sira menyatakan bahwa alasan Abdul Mutalib mengambil Aminah sebagai istri bagi Abdullah adalah karena bibi Aminah adalah Soda binti Zehra. [109] Abdul ingin punya hubungan dekat dengan Kahinah utama ini dan membaktikan diri pada ibadah Jin yang Soda lakukan.
[109] Halabieh, I, hal. 73 and 74

Ujian penting untuk menilai tingkat dedikasi seseorang dan keterkaitannya pada suatu agama adalah melalui pasangan yang dia pilih bagi dirinya sendiri atau bagi putranya untuk dinikahi. Jika dia memilih wanita dari suatu sekte tertentu, kita bisa memperkirakan bahwa dia adalah pengikut sekte tersebut. Tapi jika dia memilih istri hanya dari wanita² yang jadi tokoh penting agamanya, maka itu berarti dia bukan hanya umat biasa saja, tapi adalah umat yang fanatik dan aktivis kegiatan agama tersebut. Dia menunjukkan keinginannya untuk menyebarkan agamanya dengan cara membangun keluarga yang berdedikasi total pada agamanya, sehingga keluarga ini akan menghasilkan pemimpin² utama sistem agama tersebut.

Pengertian di atas dapat membantu kita untuk melihat hubungan agama orang yang menggali sumur Zamzam dan menunjukkan pada kita apa tujuannya menggali sumur itu. Masyarakat Arab punya kebiasaan menggali sumur dan mempersembahkan sumur itu bagi dewa² yang mereka puja. Fakta bahwa Abdul Mutalib menggali sumur Zamzam dan meletakkan dua buah patung Jin Kahin Isaf dan Naila pada sumur itu, sudah cukup untuk meyakinkan kita akan jenis agamanya dan tekadnya dalam menyebarkan agamanya. Karena dia mempertimbangkan untuk membunuh putranya, Abdullah, di hadapan kedua patung tersebut, maka hal ini menunjukkan bahwa ibadah Jin Arab adalah agama utamanya, dan dia sangat berbakti padanya.

Literatur Islam yang menjelaskan latar belakang bangsa Arab di jaman Muhammad menyinggung tentang kebiasaan sebagian bangsa Arab untuk mempersembahkan korban bagi Jin-setan setelah menggali sumur. [110] Fakta yang menyatakan Abdul Mutalib mendirikan dua patung Kahin di sumur Zamzam, dan lalu hendak membunuh putranya di hadapan kaki² patung, menunjukkan bahwa dia ingin mempersembahkan putranya bagi sang Jin, dan dia menggali sumur Zamzam untuk mengekspresikan rasa hormatnya bagi ibadah agama Jin Arab.
[110] Al-Lisan, 13, hal. 213; dikutip oleh Jiwad Ali, al-Mufassal, vi, hal. 720

Sungguh ironis untuk menghubungkan kepercayaan perdukunan ini dengan Abraham! Umat Muslim saat ini tidak menerima keuntungan apapun dengan meminum air dari sumur Zamzam. Mereka juga tak mendapatkan faedah apapun dengan melakukan ritual agama sistem kepercayaan dukun pagan.

Haji Umra’ dalam Islam dan Akar Pagannya

Sekarang mari telaah ibadah Haji kecil, Umra’. Ibadah ini merupakan ibadah Haji perdukunan asli Mekah, di kuilnya Ka’bah. Ibadah Haji kecil ini berbeda dengan ibadah Haji besar yang dilakukan di luar Mekah. Mekah tak ada hubungannya dengan ibadah Haji besar. Muhammad memasukkan ibadah Haji kecil ke dalam Islam, meskipun upacara Haji sangat berkaitan dengan agama Jin Arab.

Umra’ dilakukan di setiap waktu, dimulai dari kuil Ka’bah dengan melakukan tawaf, yakni mengelilingi Ka’bah. Setelah itu umat peziarah melanjutkan dengan meminum air dari sumur Zamzam. Lalu mereka harus berjalan kali tujuh kali diantara dua buah batu di Safa dan Marwa, di mana dua patung Isaf dan Naila dulu diletakkan di jaman pra-Islam. Akhirnya mereka harus memotong rambut di hadapan batu Marwa.

Umra’ jaman pra-Islam adalah ritual agama Jin Arab yang berkisar diantara dua patung dukun Kahin dan patung dewa angin.

Sekarang mari telaah asal-usul ibadah Haji kecil dan pusatnya pada empat patung berhala yang diletakkan di atas empat batu. Meskipun patung² berhala telah disingkirkan di jaman islam, batu² di mana patung² tersebut dulu berdiri masih terus menjadi subyek ibadah Haji dan penyembahannya. Patung² berhala itu dulu adalah patung² Isaf dan Naila. Kedua orang ini adalah dukun Kahin yang paling utama. Satu patung mereka diletakkan di atas batu di Safa, dan satu lagi di Marwa. [111] Safa dan Marwa terletak di dua bukit dekat Mekah, tak jauh dari tempat Abdul Mutalib menggali sumur Zamzam dan mendirikan dua buah patung Isaf dan Naila sebagai dewa² sumur tersebut. Muslim sampai sekarang masih saja berkunjung ke tempat² itu sebagai bagian dari ibadah Umra’.
[111] Al Shawrastani, Al-Milal Wal Nahil, hal. 578

Orang² Arab membuat patung² Isaf dan Naila karena mereka menganggap kedua dukun ini sebagai dukun² suci Ka’bah di Mekah. Keduanya merupakan simbol penting agama Jin. Menurut dongeng mereka, Isaf dan Naila diubah jadi patung batu setelah berzinah di dalam Ka’bah.

Al-Ya’akubi, sejarawan dan geografer Arab terkenal di abad ke-9 M, menulis tentang kehidupan bangsa Arab sebelum dan setelah jaman Islam. Dia menulis bahwa kedua patung berhala diletakkan di Safa dan Marwa. Patung berhala yang diletakkan di Safa bernama Mujawer al-Rih’ مجاور الريح , yang berarti “tempat perlindungan bagi angin.” [112] Angin di Mekah dianggap sebagai Jin-setan. Kita tahu akan hal ini dari tulisan berbagai sejarawan. Banyak penulis biografi Muhammad yang menyatakan bahwa Muhammad didatangi seorang Kahin yang lalu memeluk Islam. Nama Kahin ini adalah Thamad al-Azdi. Di Sira Al-Halabiyah tertulis:
[112] Al-Yaa’kubi 1, hal. 224

Delegasi Thamad al-Azdi yang datang menemui Muhammad dilaporkan oleh Ibn Abbas: “Thamad datang ke Mekah dan dia berasal dari Izad Shina’t, yang merupakan nama sukunya, dan dia dulu sering mengguna-guna atau menyulap melalui angin yang sebenarnya adalah Jin. Dia menyapa Muhammad dan memeluk Islam.” [113]
[113] Halabieh, 2, hal. 39

Dengan begitu, sudahlah jelas bahwa angin merupakan salah satu gelar bagi Jin-setan di Mekah di jaman Muhammad. Orang² percaya bahwa angin adalah Jin. Topan badai merupakan salah satu setan² yang disembah di Mekah. [114] Sebuah berhala bernama Khazeh dipercayai sebagai penyebab topan badai, sehingga berhalanya diletakkan di dalam Ka’bah di Mekah. Banyak sejarawan yang yakin bahwa Khazeh adalah setan. [115] Aku telah menyebut sebelumnya bahwa ada tempat perhentian dalam ibadah Haji besar di Muzdalifah yang dekat dengan gunung yang diberi nama berdasarkan nama setan Khazeh قزح. Orang yang memimpin upacara² ibadah di Muzdalifah akan berdiri di atas gunung ini.
[114] Al Azruqi, Akhbar Mecca, I, hal. 73
[115] Encyclopedia Religion, I, hal. 661; dikutip olehJawad Ali, al-Mufassal, vi, hal. 287

Penulis Arab seperti al-Azruqi الازرقي, yang menulis tentang Mekah jaman pra-Islam, mengatakan bahwa angin juga disembah di Mekah, dan ada patung berhala bernama Nahik yang dianggap sebagai dewa angin. Orang² seringkali berziarah untuk menyapa berhala ini. [116] Berhala angin di Safa disebut “tempat berlindung bagi angin.” Berhala angin ini disembah di bukit² Safa dan Marwa. Berhala Dewa Angin, dan patung² Isaf dan Naila di Ka’bah dan juga di Safa dan Marwa, merupakan benda² yang disembah umat yang melakukan Umra’.
[116] Al Azruqi, Akhbar Mecca, I, hal. 73

Bukti² Lain bahwa Safa dan Marwa adalah Pusat Ibadah Agama Jin Arab

Para jin punya cara tersendiri untuk memanggil umatnya. Mereka bermain musik yang suaranya mirip dengan dentangan suara gaib. Di malam hari, biasanya bunyi ini terdengar bagaikan bunyi tabuhan. Ibn Abbas, sepupu Muhammad, dan penyampai hadis, mengatakan: “Para Jin sering bermain musik sepanjang malam diantara dua batu Safa dan Marwa.” [117] Hal ini menunjukkan bahwa tempat diantara Safa dan Marwa adalah pusat ibadah penting bagi agama Jin Arab. Ibadahnya mengandung elemen gaib seperti: patung² Isaf dan Naila – patung Kahin yang terkemuka – patung berhala dewa angin. Berhala² ini mendorong para pemuja Jin untuk berziarah ke Safa dan Marwa. Para peziarah menghubungkan ibadah mereka dengan batu² di mana berhala dewa angin dan patung² Isaf dan Naila diletakkan. Mereka mengunjungi dua patung Isaf dan Naila, memuliakan para Kahin, dan pergi ke sumur Zamzam.
[117] Taj Al Aruss, 6, hal. 197

Bukti² bahwa Haji Umra’ Berkisar pada Kedua Patung Dukun Kahin

Empat batu yang menjadi landasan berdirinya empat patung berhala di jaman dulu, masih ada di Islam jaman sekarang. Aku akan membahas hubungan berhala² ini dengan ibadah Haji kecil yang asli di jaman pra-Islam.

Penyembahan pada dua patung Kahin Isaf dan Naila berakar di Ka’bah, Mekah. Banyak bukti yang membuktikan bahwa ibadah Haji di Mekah diperuntukkan bagi kedua patung tersebut. Haji adalah upacara utama bagi umat agama Jin Arab. Al-Ya’akubi mengatakan bahwa patung² Isaf dan Naila diletakkan di batu² keramat utama di Ka’bah. Katanya lagi, orang² yang menunaikan ibadah Haji akan mencium kedua patung tersebut sebelum melanjutkan ritual Haji. Mereka melakukan perjalanan melingkar penuh yang berakhir di lokasi kedua patung Isaf dan Naila. [118]
[118] Al Yaa’kubi, 1: 224

Al-Ya’akubi menyingkapkan asal-usul Haji Mekah yang sekarang jadi Haji Umra’. Dari tulisannya, bisa disimpulkan bahwa sebelum jaman Islam, terdapat ibadah Haji yang melibatkan penyembahan terhadap dua patung Kahin itu. Dia menerangkan bahwa batu² yang disebut Rukun di Ka’bah bukanlah elemen utama penyembahan. Karena patung² Isaf dan Naila tidak diletakkan pada Rukun, tentunya patung² itu punya tempat istimewa yang sangat penting. Umat pagan terbiasa meletakkan berhala mereka di atas landasan batu, dan bukan di atas lantai kuil. Ini menjelaskan mengapa orang Arab yang menghormati kuil Ka’bah meletakkan kedua patung berhala Isaf dan Naila di atas dua batu utama Ka’bah.

Tulisan Ya’akubi menjelaskan bahwa Umra’ berkisar pada penyembahan dua patung berhala Kahin. Isaf dan Naila disembah dan kemungkinan dianggap sebagai perantara bagi Jin da umatnya. Ibadah Haji dimulai dari kedua patung ini dan selesai saat umat peziarah kembali untuk mencium kedua patung yang sama.

Hal ini menjelaskan mengapa patung² Isaf dan Naila juga didirikan di dekat sumur Zamzam. Orang Arab terbiasa menggali sumur bagi setiap kuil, dan mereka mempersembahkan korban bagi dewa² yang mereka sembah. Mereka pun melakukan ibadah Haji di sekitar patung² para dewa. Dalam ritual ibadah, mereka meminum air dari sumur yang didedikasikan bagi para dewa. Umat Jin Arab mendirikan kedua patung di sumur Zamzam untuk menunjukkan rasa hormat. Ibn Hisyam menulis bahwa bangsa Arab mempersembahkan hewan korban mereka pada patung² Isaf dan Naila di dekat sumur Zamzam. [119] Dengan begitu, sudah jelas bahwa Isaf dan Naila dianggap sebagai dewa dan ibadah Haji dipersembahkan bagi mereka berdua.
[119] Ibn Hisham, I, hal. 69

Dua suku Medina yang mendukung Muhammad dalam melaksanakan rencananya menundukkan suku² Arab di bawah Islam, ternyata melakukan ibadah Haji yang sama pada Isaf dan Naila.

Terdapat faktor sejarah lain yang menunjukkan bahwa Haji Umra’ di Mekah berkenaan dengan pemujaan patung berhala Kahin. Contohnya adalah bagaimana cara Aisyah menafsirkan satu ayat Qur’an di Sura Al-Baqarah (2), ayat 158 yang berbunyi:

Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.

Aisyah, istri termuda Muhammad, menerangkan tentang hal ini:

Ansar, di jaman pra-Islam, pergi untuk menyembah dua berhala yang terletak di tepi pantai. (Yang dimaksud sebagai orang Ansar olehnya adalah dua suku Yathrib yang menolong Muhammad menundukkan bangsa Arab dan memaka mereka memeluk Islam dengan cara memerangi mereka.) Patung² berhala ini adalah Isaf dan Naila. Lalu kedua suku itu datang untuk mengelilingi Safa dan Marwa. Setelah itu mereka memotong rambut mereka. Setelah Islam muncul, mereka tidak lagi bersemangat untuk mengelilingi Safa dan Marwa, seperti dulu di jaman pra-Islam. Allah menurunkan ayat “Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah.” Dengan demikian, kedua suku kembali lagi mengelilingi Safa dan Marwa. [120]
[120] Sahih Muslim, 9, hal. 21 dan 22

Aisyah menjelaskan bagaimana dan mengapa berbagai ayat Qur’an turun, dan dia menyampaikan banyak hadis Muhammad. Perkataannya di atas menerangkan fakta yang penting. Kedua suku Yathrib adalah Aws dan Khazraj, yang membuat perjanjian dengan Muhammad dan bersyahadat bahwa “tiada illah selain Allah dan Muhammad adalah RasulNya.” Sebagai imbalannya, Muhammad berjanji untuk memimpin mereka berperang melawan suku² tetangga, dan akan memberikan imbalan besar. Mereka akan menikmati istri² dan anak² perempuan bangsa Arab yang mereka taklukkan, sebagai budak sex, memperbudak anak² mereka, dan merampas harta bendanya. Dari perkataan Aisyah sudah jelas bahwa kedua suku itu dulu menyembah Isaf dan Naila dan pergi ke Safa dan Marwa, dua tempat utama penyembahan para Jin. Di situ mereka lalu menyembah patung² Isaf dan Naila. Hal ini menunjukkan agama asli mereka sebenarnya adalah kepercayaan perdukunan. Mereka menyembah benda yang sama yang disembah umat Jin Arab.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mereka memulai ibadah Haji di lokasi kedua patung Isaf dan Naila. Mereka lalu memotong rambut, dan ini sama persis dengan kebiasaan yang dilakukan orang² Arab lainnya di jaman pra-Islam, seperti yang disebut oleh al-Ya’akubi. Perbedaannya hanyalah suku Aws dan Khazraj memulai ibadah Haji mereka dari kedua patung Isaf dan Naila di tepi pantai dekat Mekah, sedangkan suku² Arab lainnya memulai Umra’ di patung² Isaf dan Naila di kuil Ka’bah di Mekah, dan lalu menuju ke bukit² Safa dan Marwa. Ritual yang sama mengandung elemen ibadah jin yang sama, kecuali yang satu meletakkan patung² berhala di tepi pantai, dan yang lain di Ka’bah di Mekah. Keduanya juga mengunjungi Safa dan Marwa, di mana juga terletak patung² Isaf dan Naila, dan juga patung dewa angin.

Alasan mengapa suku Aws dan Khazraj meletakkan replika patung² Isaf dan Naila di tepi pantai, dan bukannya di Ka’bah di Mekah, adalah karena mereka menganggap Ka’bah Mekah merupakan tempat ibadah suku Quraysh.

Sungguh tak masuk akal bahwasanya umat Muslim membuat klaim Islam sebagai agama monotheistik, padahal Islam mengandung ibadah Haji okult yang menyembah berbagai elemen agama Jin Arab. Saat ini, Islam tetap mempraktekkan upacara Haji di tempat² yang sama seperti jaman pra-Islam, tapi sambil menghubungkannya dengan Abraham. Apakah hubungan kepercayaan Abraham dengan kepercayaan Jin-setan Arab? Sudah jelas bahwa Muhammad ingin menggabungkan dua agama yang tak bisa disatukan. Ibadah pada Tuhan tidak bisa dicampur dengan ibadah pada Jin-setan.

Aku telah mengutip perkataan Aisyah tentang ibadah Haji yang dilakukan suku² Yathrib, yakni Aws dan Khazraj. Ingatlah bahwa mereka mendukung Muhammad dan menolongnya memaksakan Islam pada suku² lainnya. Keterangan Aisyah juga menyebut bahwa mereka melaksanakan ibadah Haji yang sama, seperti mengunjungi kedua bukit Safa dan Marwa, dan diakhiri dengan memotong rambut. Ketika Islam muncul, para peziarah Haji wajib berjalan bolak-balik tujuh kali antara Safa dan Marwa, dan lalu mengakhiri ibadah Haji dengan potong rambut juga. Ini menunjukkan bahwa Muhammad meneruskan praktek Haji yang dilaksanakan agama Jin Arab.

Ritual ibadah agama Jin Arab tidak serupa dengan ritual ibadah agama monotheistik Abraham. Pengakuan Islam adalah tak realistik dan tak punya bukti historis. Dengan begitu, bagaimana mungkin Gabriel atau Jibril bisa menghentakkan kakinya ke tanah dan lalu mata air Zamzam muncul, seperti yang dikatakan Muslim? Ibn Ishak, penulis utama biografi Muhammad, mengatakan bahwa suku Jurhum menutupi sumur dengan Batu hitam dan patung gazel terbuat dari emas. Hal ini, katanya, terjadi setelah suku Jurhum dikalahkan dan diusir keluar dari Mekah. Bagaimana mungkin satu²nya sumur di Mekah bisa disembunyikan dari penduduk Mekah atau dari orang² Baduy yang berjalan berkilo-kilo meter untuk menemukan air bagi unta² mereka? Jika sumur ditutupi, tentunya orang² lain akan langsung menggalinya lagi di hari yang sama. Jika sumur itu sudah ada di jaman kuno, maka tentunya sumur itu akan jadi tempat paling terkenal di Mekah, dan jadi sumber utama kehidupan setiap hari bagi masyarakat Mekah. Dengan begitu, tentunya mereka tidak akan diam saja jika memang ada orang yang menutupi sumur tersebut. Maka tentunya tak masuk akal jika ada yang bisa menyembunyikan sumur itu selama ratusan tahun, sampai muncul suara gaib yang mengatakan pada Abdul Mutalib untuk mulai menggali tempat itu. Dan bagaimana mungkin suara gaib malaikat Tuhan bisa muncul pada orang yang memuja berhala Isaf dan Naila? Bagaimana mungkin sumur itu bisa diciptakan oleh malaikat Gabriel, seperti yang dikatakan Islam? Apakah mungkin Tuhan meminta pemuja Jin-setan untuk mengerjakan tugas suci bagiNya? Jika Abdul Mutalib benar² mendengar suara surgawi yang menyuruhnya untuk menggali “sumur suci”, maka mengapa dia lalu mendirikan dua buah patung berhala Isaf dan Naila di atasnya? Mengapa pula dia lalu ingin mempersembahkan putranya di hadapan kaki² kedua berhala tersebut? Apakah tidak cukup bukti bahwa dia menggali sumur itu bagi patung² yang diletakkannya di atas sumur, dan yang pada patung² itulah dia mempersembahkan putranya? Dia ingin menyediakan air bagi upacara ibadah Haji, dan dan ini merupakan kebiasaan bangsa Arab di jaman dulu bagi para dewa mereka.

Semua pertanyaan ini seharusnya membuat umat Muslim sadar bahwa ritual perdukunan Arab kuno telah ditampilkan sebagai agama baru oleh Muhammad sewaktu dia menciptakan Islam. Dia mencoteknya begitu saja ke dalam islam. Tapi fakta sejarah menunjukkan hubungan jelas antara ritual² pagan Arab dengan Islam, dan Muhammad tidak bisa menyembunyikan hal ini. Hanya anak kecil saja yang bisa percaya semua cerita² karangan Muslim untuk membuat agamanya tampak benar.

Apakah rahasia di belakang suku Aws and Khazraj? Hanya merekalah yang menerima tawaran Muhammad untuk mendukungnya dengan kekuatan militer untuk memaksa suku² Arab menerima Islam.

Setelah mengetahui bahwa suku² Medina yakni Aws dan Khazraj juga melaksanakan ibadah Haji dengan memulainya dengan penyembahan terhadap patung² berhala Isaf dan Naila, maka bisa dimengerti mengapa hanya mereka saja yang menerima ajakan Muhammad untuk menaklukkan suku² Arab lain dan memaksa mereka memeluk Islam. Sebagai imbalannya, Muhammad menawarkan pada mereka mereka para wanita yang ditawan dalam penyerangan dan dijadikan budak sex, anak² para tawanan yang dijadikan budak Muslim, dan harta yang dirampas dari suku yang ditaklukkan.

Ada hubungan antara kedua suku ini dengan ibadah Haji Isaf dan Naila. Ritual Haji dilanjutkan dengan mengunjungi bukit² Safa dan Marwa yang diperuntukkan bagi dewa Angin. Hal ini menunjukkan agama asli suku Aws dan Khazraj, yakni agama Jin Arab. Para Kahin yang merupakan pelaksana agama Jin, juga mendukung Muhammad. Kedua suku Aws dan Khazraj juga menganut agama Jin Arab, sehingga mereka bersedia menyediakan kekuatan militer untuk mendukung rencana Muhammad.

Mengelilingi batu² berhala, Safa dan Marwa, merupakan ritual yang dibenci kebanyakan sahabat Muhammad karena mereka tahu itu merupakan bagian dari ritual pagan. Tapi mereka tetap melaksanakannya, karena Muhammad mengatakan Allah membenarkan ritual tersebut.

Bahkan para sahabat Muhammad mengakui bahwa ibadah Haji ke Safa dan Marwa merupakan ritual pagan Jahiliyah, jaman pra-Isam. Sahih al-Bukhari menyatakan:

Asim mengatakan pada kami bahwa dia berkata pada Uns bin Malik, sahabat Muhammad, “Kau membenci kegiatan mengitari Safa dan Marwa.” Dia menjawab, “Ya, karena itu merupakan salah satu ritual Jahiliyah sampai Allah menurunkan ayat bahwa Safa dan Marwa adalah bagian dari syi’ar Allah. Jika Muslim ingin melakukan ibadah Haji di Ka/bah, maka dia wajib melakukan hal itu. Orang itu jadi tanpa dosa dosa jika mengelilingi bukti² itu.” [121]
[121] Sahih al-Bukhari, 2, hal. 171

Bahkan sepupu Muhammad, Ibn Abbas, pelapor berbagai Hadis sahih, mengatakan bahwa mengelilingi Safa dan Marwa merupakan kebiasaan masyarakat Jahiliyah atau Arab pagan sebelum jaman Islam. Perkataannya ditulis di hadis sahih al-Bukhari. [122]
[122] Sahih al-Bukhari, 4, hal. 238

Umat Muslim di jaman Muhammad tahu asal-usul ritual pagan ini sebagaimana mereka tahu akan berbagai ritual pagan Arab yang dimasukkan Muhammad ke dalam Islam. Tapi mereka menerima begitu saja tanpa banyak tanya. Semua yang dikatakan atau ditulis Muhammad dalam Qur’an diterima begitu saja dan dianggap suci, meskipun umatnya tahu asal-usulnya dari agama pagan. Sungguh menyedihkan bahwasanya mereka tidak menggunakan pikirannya untuk mempertimbangkan bagaimana Muhammad membentuk Islam. Sebaliknya, mereka mengikuti dia begitu saja dengan mengenyahkan segala pertimbangan.

[b]Mohammed Bermaksud Menyatukan Ritual² Arab Pagan dalam Satu Agama[/b]

Mohammed berniat mengumpulkan berbagai aturan dan ritual Arab sebelum jaman Islam. Tujuannya adalah untuk membentuk suatu agama yang memuaskan semua pihak masyarakat Arab. Al-Bukhari menyatakan:

Masyarakat Arab pagan jaman pra-Islam dulu mengitari Safa dan Marwa. Ketika Allah menyuruh kami mengelilingi Ka’bah, Dia tak mengatakan tentang Safa dan Marwa di Qur’an. Mereka lalu berkata pada Muhammad: “Wahai Nabi Allah, kami dulu biasa mengelilingi Safa dan Marwa. Allah mengirim ayat untuk mengelilingi Ka’bah, tapi kenapa Dia tak menyebut tentang Safa dan Marwa? Apakah kami berdosa jika kami mengelilingi Safa dan Marwa?” Karena itu Allah memberi ayat ini: “Safa dan Marwa adalah bagian dari syi’ar Allah.” Abu Bakar mengatakan bahwa ayat ini menyenangkan kedua belah pihak: mereka dari jaman pra- Islam yang tak mau mengelilingi Safa dan Marwa, dan mereka yang mengelilingi Safa dan Marwa jaman pra- Islam, tapi malu untuk melakukannya setelah Islam muncul. [123]
[123] Sahih al-Bukhari, 2, hal. 169 and 170

Sudah jelas bahwa niat Muhammad adalah untuk memuaskan semua golongan Arab melalui cara menggabungkan semua ritual mereka, terutama ritual mengelilingi Safa dan Marwa, yang sering dipraktekkan oleh banyak orang dari suku Aws dan Khazraj yang merupakan dua suku utama yang mendukungnya dalam mengobarkan perang untuk memaksakan Islam terhadap suku² Arab lainnya. Ritual mengelilingi Safa dan Marwa juga dilakukan Muhammad, karena ini adalah ritual yang dilakukan kakeknya jaman dulu.

Muhammad sendiri mempraktekkan ritual² perdukunan Haji. Dia membuang semua patung² berhala, tapi tetap saja mengelilingi berbagai batu landasan tempat berhala² itu dulu diletakkan.

Bertahun-tahun sebelum menulis Qur’an, Muhammad juga mengelilingi Safa dan Marwa tujuh kali karena hal ini juga dilakukan keluarga dan kakeknya. Dia memulai ibadah Haji di Ka’bah, dengan cara mengelilinginya dan mencium dua batu. Lalu dia mengelilingi dua batu di bukit² Safa dan Marwa. [124] Dengan begitu, Muhammad melakukan ritual yang sama yang dilakukan umat Jin Arab yang memulai ibadah Haji mereka dengan mencium patung² Isaf dan Naila yang diletakkan di kuil Ka’bah. Patung² ini diletakkan di batu² yang sama yang dipertahankan dan dicium oleh Muhammad.
[124] Sahih al-Bukhari, 2, hal. 170, 146 and 181; Bukhari, 8, hal. 128; Sahih Muslim, 9, hal. 8 and 23

Mereka melanjutkan ibadah Haji dengan mendatangi batu² di Safa dan Marwa yang sama, di mana patung dewa Angin, Isaf dan Naila diletakkan. Hanya ada satu perbedaan ibadah pagan ini dengan Islam: Muhammad tidak menganggap patung² ini sebagai bagian dari ritual² Haji. Meskipun dia menghancurkan segala patung berhala, dia tetap saja menyembah batu² di mana patung² itu dulu diletakkan. Dengan begitu, perbedaan penting apakah yang dilakukan Muhammad jikalau dia hanya menyingkirkan berhala² tapi tetap saja mempraktekkan ritual pagan yang sama?

Muhammad secara sia² ingin menampilkan agama kuno Arab pagan sebagai agama Islam yang baru, dengan menyingkirkan berhala²nya, tapi masih tetap melakukan ritual agama pagan yang sama, masih tetap mengitari batu² yang sama yang dulu menjadi landasan di mana berhala² itu ditempatkan. Umat Muslim seharusnya waspada agar tidak terperangkap dengan tipu muslihat ini.

Peranan Kuil Ka’bah di Mekah dalam Agama Jinn dan dalam Keluarga Para Dewa Arab

Ka’bah adalah kuil di mana dua patung Isaf dan Naila diletakkan. Ibadah haji dimulai dari lokasi ini. Kedua patung Isaf dan Naila juga diletakkan di bukit² Safa dan Marwa. Kuil Ka’bah di Mekah merupakan pemersatu dan pusat pemujaan bagi agama Jin Arab dan juga agama Keluarga Dewa Bintang Arab.

Dalam agama Keluarga Dewa Bintang, Allah adalah bintang utama yang terbesar. Istrinya adalah matahari, dan putri²nya adalah Manat dan al-‘Uzza, yang mewakili sebuah planet. Para Kahin, yang memperkenalkan agama Jin bagi masyarakat Arab yang mempraktekkan agama² pagan lainya seperti agama Keluarga Bintang Arab, dianggap sebagai dewa². Suku Quraish menganggap Iblis – nama lain dari setan – dan Allah sebagai adik kakak. [125] Mereka mengatakan bahwa diantara Allah dan Jin terdapat persaudaraan yang erat. [126] Mereka percaya bahwa para malaikat adalah putri² Allah, dan bahwa para ibu dari malaikat² adalah putri² dari “dewa Jin.” [127] Jin dianggap lebih superior dibandingkan malaikat. Masyarakat Arab pagan menjunjung tinggi Jin karena mereka percaya bahwa Jin punya hubungan erat dan persaudaraan dengan Allah. Karena para Jin menggeser kedudukan para malaikat, maka para Jin meninggalkan sidik jari mereka di Qur’an.
[125] Tafsir al-Tabari, 23, hal. 69
[126] Tafsir al-Tabari, 23, hal. 69
[127] Sahih al-Bukhari, 4, hal. 96

Jin² – Setan² Menggantikan Malaikat² di Qur’an, Sama seperti Mereka Menggantikan Malaikat² di Literatur dan Puisi Agama Jin Arab

Qur’an mewakili literatur Arab yang disusun sebelum jaman Muhammad; literatur seperti ini merupakan karya tulis yang berkaitan dengan para Jin. [128] Dalam Qur’an, kita menemukan jiwa agama Jin Arab. Contohnya bisa dilihat dari para setan yang bekerja bagi Sulaiman di Sura al-Anbiya’(21) , ayat 81 dan 82:
[128] Al-Jaheth, al-Haiwan, 6, hal. 187; dikutip oleh Jawad Ali, Al-Muffassal, vi, 723

Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan setan-setan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu; dan adalah Kami memelihara mereka itu,

Ayat 81 menerangkan bahwa Sulaiman membuat angin jadi pelayannya. Di bawah perintahnya, angin pergi ke tanah yang diberkati Allah, yakni Harran, sebagaimana yang dikatakan sumber lain. Angin berperan sebagai pelayan dewa² penuh kuasa dan raja² besar merupakan tema umum dalam agama² kuno Timur Tengah.

Al-Sabuni, penafsir Qur’an modern dari Saudi Arabia menjelaskan tentang ayat 82 sebagai berikut:

Setan² menyelam bagi Sulaiman, masuk ke dalam laut untuk mengambil permata mustika dan mutiara. Mereka membuat bangunan² besar bagi Sulaiman, termasuk istana²nya.

Setan² digambarkan di Qur’an sebagai pelayan² berguna bagi Sulaiman dan para nabi. Mereka digambarkan sebagai pelayan² Tuhan, dan Tuhan sendiri yang menempatkan mereka untuk melayani Sulaiman. [129] Ajaran seperti ini diambil dari agama Jin yang meninggikan para setan bagi mata orang² Arab sehingga setan² disembah dan dihormati. Ayat² Qur’an ini menyiratkan hubungan antara Tuhan di Perjanjian Lama dan setan², sepertinya Tuhan hendak melindungi para setan tersebut. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab, di mana setan² adalah makhluk terkutuk, dan tidak ada hubungan kerjasama antara Tuhan dan para setan.
[129] Sabuni, Safwat al-Tafasir, 2, hal. 270

Ayat² Qur’an lain yang menunjukkan pengaruh agama Jin dalam Qur’an adalah Sura S’ad (38), ayat 37-39, yang masih tentang Sulaiman:

dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam,
dan setan yang lain yang terikat dalam belenggu.
Inilah anugerah Kami, maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab.

Di ayat² di atas, setan² digambarkan sebagai pemberian Tuhan bagi Sulaiman, yang lalu berterima kasih pada Tuhan atas anugrah setan²-Nya. Pernyataan seperti ini berasal langsung dari agama Jin Arab, yang memberi kedudukan tinggi bagi setan² dan menganggap mereka adalah pemberian berharga pada para nabi Perjanjian Lama. Ajaran seperti ini bertentangan dengan ajaran Alkitab. Alkitab memperingatkan kita akan setan², setan² ditampilkan sebagai makhluk terkutuk, dan musuh Tuhan dan manusia. Alkitab memperingatkan kita untuk tidak berhubungan dengan para setan.

Tidak hanya di Qur’an kita melihat setan² bekerja bagi Sulaiman, tapi juga di puisi² pra-Islam yang ditulis orang² yang suka berhubungan dengan para Jin. Contohnya adalah puisi² al-Nabighah النابغة yang mengatakan para Jin bekerja bagi Sulaiman, membangun kota Tadmur di gurun pasir Syria baginya. [130] Contoh lain ditemukan di tulisan Al-Aasha’, puisi Arab jaman pra-Islam. Al-Aasha’ menulis nama Jin-setan yang memberi inspirasi pada puisinya. Dia menyebut nama Jin-setan itu Musahhal المسحل, dan menyebutnya sebagai “ yang terkasih.” Al-Aasha’ berkata: “Saudaraku, sang Jin, telah menyapaku. Jiwaku berbakti baginya.” [131] Puisi ini hanyalah satu dari banyak puisi yang dibaktikan bagi agama Jin Arab. Dalam puisi² ini, para Jin dianggap sebagai saudara, dan mereka mencomba menyatukan umat manusia dengan para Jin. Muhammad juga mengutarakan pemikiran yang sama. Dia mengatakan pergi ke surga dan bertemu Allah yang mengutusnya membawa pesan bagi umat manusia dan para Jin. Muhammad mengatakan umatnya adalah para manusia dan para Jin. [132] Dia seringkali mengatakan para Jin jadi Muslim, [133] dan dia menganggap mereka bagaikan saudaranya. [134]
[130] Al-Jaheth, Al Haiwan, 6, hal. 223; dikutip oleh Jawad Ali, Al-Muffassal, vi, 723
[131] Al-Tha’alibi, Abd al-Malik ibn Mohammed, Kitab Thimar al-qulub, hal. 69 and 70
[132] Halabiyah 2, hal. 130
[133] Sahih al-Bukhari, 5, hal. 227
[134] Halabiyah 2, hal. 63

Al-Aasha’ menulis dalam salah satu puisinya bahwa “Para Jin bekerja bagi Sulaiman, membangun kubah². [135] Muhammad mencontek tulisannya dan memasukkannya ke Sura Saba (34), ayat 12-13 yang berbunyi:
[135] Taj Al Aruss, 9, hal. 165

Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih.

Qur’an menggambarkan Tuhan meminta Sulaiman, putra Daud, untuk berterima kasih padaNya karena Dia mengirim para Jin untuk membuat berbagai karya seni dan bangunan. Ini adalah anggapan yang salah tentang Tuhan. Sangkaan bahwa Tuhan mengirim para Jin sebagai pekerja² yang baik adalah pengertian langsung dari para Kahin di Arabia, agar orang² Arab menghormati dan menyembah Jin. Ini juga menyebabkan orang² Arab konsultasi dengan para dukun Kahin untuk minta berkat dari pada para Jin.

Akar Pengertian Kuno yang Menganggap Jin Setan sebagai Keturunan Para Dewa

Ajaran² tentang Jin-setan yang berhubungan dengan Allah, dan putri²nya yang jadi ibu para malaikat, berasal dari Arabia. Bangsa Akkadia, yang berasal dari Arabia ke Mesopotamia, mengatakan bahwa tujuh setan adalah anak² dari dewa Mesopotamia “An,” yang merupakan dewa Langit, dan istrinya “Kai” yang merupakan dewi Bumi. Menurut bangsa Sumeria, An dan Kai lalu menikha. Bangsa Akkadia menyampaikan pengertian bahwa setran² punya hubungan dengan dewa² uatama Mesopotamia dan membantu mereka dalam mengurus jagad raya. [136] Bangsa Akkadia menyembah setan bernama Girru, yang merupakan keturunan dari dewa An, dan berasal dari api. [137] Dalam Qur’an juga dinyatakan bahwa Jin-setan berasal dari api.
[136] Jeremy Black and Anthony Green, gods demons and symbols Ancient Mesopotamia, hal. 162
[137] Jeremy Black and Anthony Green, gods demons and symbols Ancient Mesopotamia, hal. 88

Akar Arab kuno menunjukkan bahwa ribuan tahun sebelum jaman Muhammad, agama Jin-setan memberikan kedudukan tinggi pada setan, dan menjadi mereka sumber utama ibadah pagan di kuil² Arabia, terutama ibadah Keluarga Dewa Bintang. Para Kahin merupakan golongan relijius yang mengurus berbagai kuil di Arabia. Hal ini membuat para Kahin bisa memperkenalkan ritual² agama Jin Arab di kuil² mereka, seperti di ibadah Haji Umra’ yang berkisar pada Jin dan pembantu² utamanya yakni dukun² Kahin Isaf dan Naila. Ibadah Haji perdukunan ini sekarang jadi ibadah Haji formal bagi umat Muslim di Ka’bah, Mekah. Para Kahin ini membuat patung² para Kahin tersebut jadi elemen utama dan diletakkan di batu² uatama kuil Ka’bah.

Sejak awal dibangunnya Kuil Ka’bah di Mekah, para Kahin agama Jin adalah dukun² resminya. Inilah sebabnya mereka menjadikan ibadah Haji sebagai ibadah resmi di kuil itu.

Kuil Ka’bah di Mekah diurus oleh para Kahin agama Jin. Kita mengetahui hal ini melalui patung² Kahin yang ada di situ, yang dianggap keramat, dan hal ini bisa dilihat dari lokasi di mana patung² itu diletakkan. Berdirinya patung² tersebut untuk waktu yang lama menunjukkan banyaknya generasi Kahin yang terus menguasai tempat itu. Mereka menganggap Isaf dan Naila sebagai pioner dukun di kuil. Hal ini serupa dengan pastur di gereja Katolik yang mendirikan patung atau gambar pastor pertama di gereja itu di sudut tempat utama ibadah. Bedanya adalah patung atau gambar pastor Katolik itu tidak disembah umat Katolik.

Para Kahinlah yang bertanggung jawab menyelenggarakan ritual ibadah di Ka’bah, Mekah. Terdapat Kahin² lain yang terkenal di Ka’bah, Mekah, seperti misalnya: Wake’a Zuhair al-Iyadi. Ibn al-Kalbi, sejarawan Arab yang menulis sejarah Arab sebelum jaman Islam, mengatakan bahwa Wake’a adalah dukun utama Ka’bah di jamannya. [138] Menurut penulis² Arab kuno, Wake’a dikenal mengarang prosa² berirama tentang para Kahin. [139] Muhammad mencontek ayat² prosanya dan memasukkannya ke dalam Qur’an. Contoh perkataan² Wake’a ditemukan di literatur Arab kuno seperti Majma’ al-Amthaal yang ditulis oleh al-Maydaani. [140]
[138] Alusi al-Baghdadi Mamud Shukri, Bulugh al-arab fi ma’rifat ahwal al-arab, 2, hal. 260
[139] Alusi al-Baghdadi Mamud Shukri, Bulugh al-arab fi ma’rifat ahwal al-arab, 2, hal. 260; Maydaani, Majma’ al-Amthaal, 2, hal. 81
[140] Maydaani, Majma’ al-Amthaal, 2, hal. 81

Semua ini menunjukkan berkuasanya para Kahin agama Jin atas kuil Ka’bah di Mekah, dan agama Jin menjadi agama resmi kuil itu. Inilah sebabnya mengapa banyak ritual² mereka, seperti Haji dan benda² berhala utamanya, menjadi ritual utama di kuil dan juga bagi umat agama Dewa Bintang Arabia.

Mereka Menyembah Ular di Ka’bah, mekah, dan Orang² Menganggap Ular itu adalah Jin-setan

Salah satu bukti hubungan antara Ka’bah dengan agama Jin tampak pada pemujaan ular di Ka’bah. Tabari, sejarawan Islam terkenal, menulis tentang jaman pra-Islam, dan dia memberitahu tentang adanya ular yang hidup di sumur di tengah bangunan Ka’bah. Masyarakat Mekah terbiasa melemparkan persembahan² mereka ke dalam sumur itu. [141] Tampaknya persembahan² diberikan pada sang ular. Sejarawan Arab yang menulis tentang Mekah jaman pra-Islam menerangkan bahwa istilah “Allaha,” dari mana nama Allah berasal, juga berarti “ular besar.” [142] Orang² Arab menyembah ular, menganggap binatang itu sebagai jin/setan ular. Salah satu gelar setan di Mekah adalah “Azab,” yang dianggap berbentuk ular. [143] Sejarawan mengatakan bahwa Jin adalah ular putih, [144] yang mereka yakini bisa mendengar dan membedakan berbagai macam bahasa. Para penyair seperti al-Nabighah, Umayya bin Abi al-Salt, Adi bin Zayd dan lainnya yang dikenal sering berhubungan dengan para Jin, mendukung kepercayaan ini. [145]
[141] Tarikh al-Tabari, I, hal. 525
[142] Taj Al Aruss, 9, hal. 410
[143] Taj Al Aruss, I, hal. 147, 284
[144] Taj Al Aruss, 9, hal. 165
[145] Al-Jaheth, Al Haiwan, 4, 203; dikutip oleh Jawad Ali,vi, 726

Karena ular dalam sumur disembah dan diberi persembahan, maka ini merupakan bukti bahwa Ka’bah merupakan pusat penting bagi ibadah agama Jin. Mereka menyembah Jin melalui ular dalam sumur Ka’bah, dan nama ular itu adalah “Allah.” Ingatlah bahwa berhala “Kozah” juga ditempatkan di dalam Ka’bah. Orang² percaya bahwa Kozah dapat mendatangkan hujan dan topan badai, tapi banyak sejarawan menduga bahwa dia adalah setan.

Dalam bentuk struktur bangunan dan tatacara ibadah, Ka’bah sama seperti kuil² agama Jin Arab lainnya.
Masyarakat Arab punya kuil² yang mereka sebut “Taghut” طاغوت, gelar bagi Jin Marid الجن مارد yang berarti Jin raksasa. Di masa selanjutnya, para Kahin agama Jin juga disebut sebagai Taghut, [146] dan ini menunjukkan bahwa Taghut adalah kuil² agama Jin. Penulis² Arabia jaman pra-Islam menyebutkan persamaan antara bangunan Ka’bah di Mekah dengan Taghut. Baghut memiliki konstruksi yang sama dengan konstruksi Ka’bah, juga upacara ibadah yang sama yakni mengelilingi bangunan. [147] Terdapat struktur dan tatacara ibadah yang seurpa diantara kuil² yang dibangun bagi Keluarga Dewa² Bintang dan agama Jin. Hal ini bisa dimengerti, karena para Kahin agama Jin yang mengurus kuil² yang dibangun bagi ibadah Keluarga Dewa² Bintang. Para Kahin menyelenggarakan ibadah di kuil Keluarga Dewa Bintang dengan cara yang sama seperti menyelenggarakan ibaadah di kuil² Taghut yang didedikasikan untuk menyembah Jin. Kuil Mekah adalah salah satu kuil² Arabia yang mempraktekkan ibadah kedua agama pagan utama Arabia: Ibadah Keluarga Dewa Bintang Arab dan agama Jin.
[146] Raghib al-Isfahani, Abu al-Qasim al-Husayn ibn Muhammed, Mufradat al-Qur’an, hal. 307; al-Kalbi, al-Asnam, hal. 6; Taj al-Aruss, 10, hal. 225
[147] Ibn Hisham I, hal. 64 ; Hamish Ala Al Rauth Al Anf, I, hal. 64; dikutip oleh Jawad Ali, al Mufassal, vi, hal. 401, 402

Dua dukun utama agama Jin, Isaf dan Naila, diduga dikubur di lokasi Ka’bah di Mekah. Di jaman pra-Islam, batu² nisan para Kahin dianggap keramat, sehingga orang² Arab berziarah ke kuburan tersebut untuk mendapatkan berkat. Orang² pagan Arab membuat tempat pusat ibadah sebagai tempat berlindung yang aman. Jika orang masuk ke tempat ini, maka dia tidak boleh dilukai oleh siapapun. [148] Hal ini juga berlaku di kuil Ka’bah di Mekah. Diperkirakan Isaf dan Naila dikubur di lokasi ini. Lalu suku² dari Yaman datang dan membangun Ka’bah bagi agama Jin dan ibadah Keluarga Dewa Bintang Arab yang juga dianut oleh masyarakat Yaman.
[148] Jawad Ali, al-Mufassal, vi, hal. 448

Para penulis Mekah jaman pra-Islam juga menjelaskan praktek di Ka’bah yang di jaman sekarang hanya dilakukan oleh aliran sesat saja. Contohnya, menurut al-Bukhari, para peziarah Ka’bah melakukan ibadah telanjang bulat, termasuk para wanita. [149] Menurut Sira Al-Halabiya, Ka’bah adalah tempat bersundal. Jika orang ingin melakukan hubungan sex, dia bisa melakukannya di tempat Ka’bah. [150] Hal ini mengingatkan kita pada persundalan yang terjadi di kuil² tempat menyembah setan, dan juga menguatkan keterangan bahwa Ka’bah adalah pusat agama Jin Arab. Penulis² Arab juga menerangkan bahwa di Mekah terjadi persundalan yang dilakukan para wanita di kota itu. [151] Rupanya perbuatan amoral di Ka’bah merembet ke kota.
[149] Sahih al-Bukhari, 2, hal. 164
[150] Halabiyah 1, hal. 15
[151] Ibn Al Muja’wir, Descriptio, 1, 7; dikutip oleh Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, hal. 106, 107

Sejarah praktek perdukunan di Ka’bah di Mekah menunjukkan bahwa Ka’bah bukanlah kuil Tuhan, karena Tuhan menentang Satanisme dan bentuk perdukunan apapun. Semua upacara dan orang² yang mengurus kegiatan ibadah, termasuk patung² berhala yang disembah, dan batu² yang dikeramatkan, menunjukkan dengan jelas bahwa Ka’bah merupakan pusat ibadah pagan dan perdukunan di Mekah. Pencemaran kesucian Tuhan ini lebih para daripada yang terjadi di kuil pagan manapun di jaman kuno, termasuk di Timur Tengah atau Asia. Praktek² perdukunan ini tidak menunjukkan ibadah pada Tuhan yang selayaknya. Di kuil Ka’bah di Mekah kita hanya melihat ibadah perdukunan dan dewa² saja. Dengan begitu, bagaimana mungkin Islam bisa mengaku bahwa kuil Ka’bah di Mekah merupakan pusat monotheisme sepanjang sejarah?

This entry was posted in BAGIAN 5. Bookmark the permalink.

13 Responses to Bagian V Bab 2. Ibadah Haji Kecil yang Disebut Umroh dan Perdukunan (Okultisme) di Mekah

  1. axel van bascom says:

    sungguh menyedihkan anda tdk mendapatkan info yg benar tentang islam..saya hanya bisa berdoa semoga TUHAN ALLAH menunjukan jalan kebenaran pd anda,dan semoga orang yg mati disalib yg dia sendiri tdk mampu menyelamatkan dirinya,yg anda anggap Tuhan itu,dapat memberi anda keselamatan..

  2. pieter says:

    Jawaban: Hakikat haji , dalam TAURAT bahasa IBRANI atau Pentatech Perjanjian Lama ALKITAB adalah HAGG yang berarti FESTIVAL TAHUNAN, adalah perjalanan ruhani dan jasmani seorang hamba menuju BAIT SUCI.

    “Syalosy regalim to-hag liy ha-syanah” = “Tiga kali setahun haruslah engkau mengadakan hagg (haji) bagiKu” (Keluaran 23: 17)

    Dalam terjemahan kamus HAGG adalah: perjalanan jauh seseorang ke sebuah tempat istimewa dimana untuk menunjukkan rasa hormat (kepada Sang Pencipta).
    HAgg atau Pilgrimage yakni a journey to a place which is considered special, and which you visit to show your respect. (Cambridge dictionary)

    Ia bermakna keharusan bagi setiap manusia yang ingin kembali kepada Tuhan dalam keadaan suci hingga berakhir dengan perjumpaan dengan Tuhan. MENGAPA dalam ISLAM harus berhaji?

    Nabi Muhammad SAW bersabda: “Islam didirikan atas lima hal; Penyaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah, melaksanakan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).

    Surat dalam Alquran: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS Ali ‘Imran: 97).

    Salah satu makna terbesar yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji adalah tentang persatuan dan kesatuan umat.Ajaran ini tercermin sejak orang yang melaksanakan ibadah haji memasuki miqat. Di sini mereka harus berganti pakaian karena pakaian melambangkan pola, status dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian menciptakan “batas” palsu yang tidak jarang menyebabkan “perpecahan” di antara manusia. Selanjutnya dari perpecahan itu timbul konsep “aku”, bukan “kami atau kita”, sehingga yang menonjol adalah kelompokku, kedudukanku, golonganku, sukuku, bangsaku dan sebagainya yang mengakibatkan munculnya sikap individualisme. Mulai dari miqat mereka mengenakan pakaian yang sama yaitu kain kafan pembungkus mayat yang terdiri dari dua helai kain putih yang sederhana. Semua memakai pakaian seperti ini. Tidak ada bedanya antara yang kaya dan yang miskin, yang terhormat dan orang kebanyakan, yang berasal dari Barat dan yang berasal dari Timur, mereka memakai pakaian yang sama, berangkat dan akan bertemu pada waktu dan tempat yang sama. Dengan aktivitas yang sama dan menggunakan kalimat yang sama.

    “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, akau penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kekuatan hanyalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.“

    Manusia yang tadinya terpecah-pecah dalam berbagai ras, bangsa, kelompok, suku dan keluarga dengan ibadah haji dihimpun oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berbagai faktor kesamaan agar mereka menjadi satu. Memuji kebesaran Allah dengan konsentrasi yang sama, dimana di tempat asalnya mereka disibukkan dengan masalah masing2, di sana kita seolah me re-charge hati, keyakinan dan kepasrahan terhadap Allah.
    Pada masa Nabi Daud, tempat ziarah / kiblat shalat dipindahkan seperti kita ketahui dalam 1 TAWARIKH 15, dengan membawa tabut ke Yerusalem.

    15:12 dan berkata kepada mereka: “Hai kamu ini, para kepala puak dari orang Lewi, kuduskanlah dirimu, kamu ini dan saudara-saudara sepuakmu, supaya kamu mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel, ke tempat yang telah kusiapkan untuk itu.

    Dalam khotbah di bukit Yesus AS meramalkan akan berpindahnya tempat ZIARAH HAJI dan arah DOA, atau dalam bahasa arab bermakna Shalat, dari Yerusalem ke sebuah tempat lain :

    “Kata Yesus AS kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.”
    “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
    “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh(Rohani) dan kebenaran(Realita;Jasmani); sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” (Yohanes 4:21-23)

    Tempat ziarah menjadi subyek kontoversi di masa Yesus AS. Kaum Yahudi meng-klaim tempat itu adalah Yerusalem sedangkan kaum Samaritan meng-klaim gunung yakub sebagai tempat ziarah.

    Pertama, Yesus menyebutkan bahwa akan datang suatu masa tempat ziarah bukan lagi Yerusalem atau gunung kaum Samaritan. Kedua, beliau menyebutkan bahwa ziarah akan dilakukan di suatu tempat yang akan dituju oleh orang yang benar-benar akan menyembah Tuhan.

    Begitu juga dalam perjanjian lama DAN BOLEH DIKATAKAN SANGAT COCOK NUBUATAN TENTANG HAJI SEBAGAI BERIKUT:

    “Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediaman-Nya untuk menegakkan nama-Nya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi.” (Ulangan 12:5) YAITU MEKAH MENURUT ISLAM KARENA TEMPAT INI HARUS DICARI BEDA DENGAN YERUSALEM YANG SDH DITEMUKAN/ADA.

    “maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN.” (Ulangan 12:11) BENAR-BENAR TERGENAPI TENTANG IBADAH HAJI DIMANA SETIAP JAMAAH WAJIB MENYEMBELIH KAMBING SETELAH PELAKSANAAN JUMROH DI MINAH.

    “Tetapi di tempat yang akan dipilih TUHAN di daerah salah satu sukumu, di sanalah harus kaupersembahkan korban bakaranmu, dan di sanalah harus kaulakukan segala yang kuperintahkan kepadamu.” (Ulangan 12:14)

    “Apabila tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk menegakkan nama-Nya di sana, terlalu jauh dari tempatmu, maka engkau boleh menyembelih dari lembu sapimu dan kambing dombamu yang diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang kuperintahkan kepadamu, dan memakan dagingnya di tempatmu sesuka hatimu.” (Ulangan 12:21) INILAH YANG SANGAT JELAS DR KASAT MATA MESKI ORANG AWAM PUN BISA MEMAHAMI BAHWA AYAT DIATAS BERKENAAN : HARI RAYA IDUL ADHA/HARI RAYA HAJI, BAGI YG TDK BISA DATANG HAJI CUKUP MENYEMBELIH KURBAN SETELAH SHALAT IDUL ADHA DIRUMAH MASING2.

    Ayat di atas, mirip dengan praktik ritual haji dan penyembelihan HEWAN KURBAN dalam Festival TAHUNAN Iidul Adha atau Lebaran Haji, atau HAGG, dalam ajaran Islam, dimana para jemaah haji di Mekkah akan menyembelih kurban di sana setelah selesai ritual haji, maka bagi yang tidak pergi ziarah, dapat menyembelih hewan kurban dimana saja mereka berada.

    Dalam Injil dapat juga kita temui petunjuk yang menyebutkan cara ritual haji seperti yang dilakukan umat muslim di mekkah, yaitu berwudhu atau bersuci lalu berjalan mengelilingi Ka’bah/rumah (mezbah) Allah:

    “Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan MENGELILINGI Mezbah-Mu, ya TUHAN (Mazmur 26:6)<<< PERHATIKAN MENGELILINGI SAMA BERTHAWAF KA'BAH.

    dalam BBE lebih jelas = “I will make my hands clean from sin; so will I go round your altar, O Lord;” (clean from sin = bersuci, go round = mengelilingi)

    Rumah Tuhan yang pertama dicatat dalam Alquran sebagai di Bakkah, nama kuno bagi Mekkah:
    “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” (QS 3-96)

    Hal ini telah diketahui dalam Mazmur 84:5-7:
    “Berbahagialah segala orang yang boleh duduk dalam rumah-Mu serta memuji akan Dikau senantiasa.” (Mazmur 84:5)
    “Berbahagialah orang yang kuatnya adalah dalam Engkau, dan hatinya adalah pada jalan raya (ziarah) ke kaabah-Mu”. (Mazmur 84:6)<<<< PERHATIKAN AYAT INI PD MAZMUR 84:5 VERSI LAIN TERSBUT DG JELAS KAABAH MU (DALAM ISLAM KA'BAH)

    NIV© (New International Version) Blessed are those whose strength is in you, who have set their hearts on pilgrimage. (dalam versi ini, ayat ini terdapat di ayat 5)

    “Apabila mereka itu melalui lembah BAKA mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air, bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.” (Mazmur 84:7)
    (catatan: terjamahan di atas diterjemahkan dari Injil versi ‘New International Version’ karena berbeda dalam terjemahan bahasa Indonesia dan versi alkitab lainnya selain NIV)

    Ringkasnya ziarah dalam Islam pada dasarnya sama dengan ziarah dalam al-kitab. Keduanya merefleksikan waktu, tujuan, praktik dan tempat tempat ziarah yang sama.
    Sejak masa awal monotheistic ibrahimik sudah menjadi salah satu syariat yg ada bahkan sebelum islam itu dibawa nabi muhammad saw. ( http://en.wikipedia.org/wiki/Mizrach ) , kiblat orang yahudi itu disebut mizrakh/mizrath, secara jelas digambarkan dalam kitab daniel 6:10 dalam bible. Mereka berkiblat ke Temple of Solomon (Beth HaKadosh/Baitul Maqdis/Bait Suci/), sampai sekarang.

    Al Baqarah 143. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

    Al Baqarah 145. Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang yang zalim.

    Orang yahudi, gak ikut kiblat org Islam, mereka sholat menghadap Baitul Quds, Orang Nasrani gak punya kiblat melainkan kiblat tubuhnya sendiri jadi BAIT.Adapun okaum MUSLIMIN sholat menghadap Masjidil Haram. Maha Benar Allah dg segala firman-Nya.

    “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah TUHAN bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem”
    Beberapa orang Katolik mengartikan ini pusat kekristenan di Vatican. Padahal semua tahu orang katolik ataupun protestan tidak mengenal konsep “arah sembayang” (kiblat). Mungkin akan menimbulkan argumentasi apologetik yg panjang, tapi kalau secara sederhana kita berfikir, Islam adalah keyakinan terakhir dalam mata rantai agama semitik, maka akan tepat perintah perubahan kiblat dg keterangan yg diberikan Nabiullah Yesus itu. Dalam kristen ada yg disebut “ziarah ke tanah suci”, mungkin mereka mengganti haji dg ini.

    dalam tradisi judaistic ada yg disebut “shalosh regalim”, secara textual artinya “tiga hijrah”, salosh = tiga, regalim, bentukan dari kata dasar “le’reghal” yg artinya “hijrah”, jadi plural dg suffix -im.

    • oby says:

      BAGAIMANA CERITANYA
      MUHAMMAD MENGUBAH QIBLAT

      Oleh: Sam Shamoun

      Pendahuluan
      Sepanjang “kenabian” Muhammad dia selalu mencoba untuk merukunkan Yahudi dan Kristen dengan harapan meyakinkan mereka bahwa ia adalah seorang nabi sejati seperti nabi-nabi lain dalam Bibel. Beberapa cara yang dia usahakan adalah dengan mengadopsi praktek keagamaan tertentu dari Yahudi dan Kristen seperti puasa, sunat, tayyamun, peraturan makan (halal-haram), dll. Ketika dia melihat Yahudi dan Kristen tidak menerimanya, dengan menolak menerimanya sebagai nabi, Muhammad berbalik memusuhi mereka dan menghapuskan beberapa dari kebiasaa dan praktek yang asalnya diadopsi dari mereka.

      Bukti
      Menurut sumber muslim, Muhammad pertama kali mengadopsi puasa Yahudi, yang dilakukan pada Hari Penyesalan (Taubat), ketika dia datang ke Medina:
      Diriwayatkan Ibn Abbas: Nabi datang ke Medina dan melihat Yahudi puasa pada hari Ashura. Dia bertanya kepada mereka tentang itu. Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik, hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh-musuh mereka. Maka, Musa puasa pada hari ini.” Nabi berkata, “Kami lebih mengakui Musa ketimbang engkau.” Maka, Nabi puasa pada hari itu dan memerintahkan (muslim) untuk puasa (pada hari itu). [Sahih al-Bukhari, Volume 3, Book 31, Number 222], lihat juga [Sahih al-Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 202].

      Diriwayatkan Aisha: Orang-orang puasa pada hari Ashura (hari ke 10 pada bulan Muharram) sebelum puasa Ramadan menjadi kewajiban. Dan pada hari Kabah ditutup dengan sebuah penutup. Ketika Allah menjadikan puasa pada bulan Ramadhan wajib, Rasulullah berkata, “Siapapun yang ingin puasa (pada hari Ashura) kerjakan itu; dan siapaun yang ingin meninggalkan lakukan itu.” (Sahih al-Bukhari, Volume 2, Book 26, Number 662), lihat juga (Sahih al-Bukhari, Volume 3, Book 31, Number 116).

      Dia juga memerintahkan muslim shalat menghadap Jerusalem, arah shalat Yahudi, tetapi kemudian membatalkannya dan mengatkan kepada mereka untuk shalat menghadap Kabah di Mekkah. Quran mencatat reaksi orang-orang ketika Muhammad memutuskan mengubah arah shalat:
      [142] Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitulmakdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. [143] Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. [144] Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidilharam itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. [145] Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu termasuk golongan orang-orang yang lalim.QS. 2:142-145 terjemahan Al Islam.

      Catat baik-baik bahwa text di atas menyatakan secara jelas bahwa Allah-nya islam juga menetapkan qiblat yang lama (sebagai sebuah test).

      Sarjana Islam Iran kemudian Ali Dashti menulis mengenai pembatalan Muhammad atas ketaatan muslim atas beberapa ritual Yahudi tertentu. Langkah awal adalah mengubah arah shalat dari Masjid Terjauh (ol-Masjed ol-Aqsa) di Jerusalem ke Kabah di Mekkah. Akibatnya adalah Yahudi sesudah itu dikenakan pajak terpisah dari Muslim. Akibat yang lain adalah orang-orang Arab Medinah dan juga orang-orang Arab secara umum melepaskan kompleks rendah diri (minder) dan mereka digerakkan kepada sejenis kebanggaan nasional, untuk seluruh suku-suku yang memuja berhala Kabah, yang dari sebuah kuil berhala menjadi rumah Abraham dan Ishmael, leluhur umumnya setiap orang Arab.

      Dengan cara yang sama berkenaan dengan puasa, pembuat hukum Islam berhenti untuk mengikuti Yahudi dan mengubah jangka waktu awal dari hari ke sepuluh Muharram, yang adalah praktek mereka, ke sejumlah hari dalam bulan Ramadhan dan kemudian seluruh Ramadhan. (Dashti, Twenty-Three Years: A Study of the Prophetic Career of Mohammad, translated from Persian by F.R.C. Bagley [Mazda Publishers, Costa Mesa, CA 1994], p. 92)

      Catatan sejahrawan Sunni dan komentator al–Tabari menyediakan beberapa informasi latar belakang untuk ayat-ayat di bawah di atas.

      Perubahan Qiblat
      Salah satunya Allah mengubah Qiblat Muslim dari Syria (Jerusaelm) ke Kabah. Itu terjadi pada tahun kedua Nabi tinggal di Medina, waktu Sha’ban ( mulai 28 January, 624). Para cendekiawan mula-mula tidak sepakat mengenai tanggal perubahan Qiblat di tahun ini, mayoritas berkata bahwa perubahan dilakukan setengah jalan melewati Sha’ban, delapan belas bulan sesudah singgahnya Rasulullah di Medina.

      Mereka yang berkata seperti ini..
      Menurut Musa b. Harun al-Hamdani –‘Amr b. Hammad – Asbat – al-Suddi – Abu Malik dan Abu Salih – Ibn ‘Abbas and Murrah al-Hamdani – Ibn Mas‘ud dan beberapa sahabat nabi: Orang-orang mengerjakan shalat menghadap Jerusalem ketika Nabi datang ke Medina, selama delapan belas bulan sesudah perpindahannya. Dia mengangkat kepalanya ke langit ketika shalat, untuk melihat apa yang akan diperintahkan kepadanya , dia mengerjakan shalat ke arah Jerusalem, kemudian ini dibatalkan berpihak kepada Kabah. Nabi mengingini shalat menghadap Kabah dan Allah mewahyukan ayat: “Kami melihat mukamu menengadah ke langit…..”

      Menurut Ibn Humayd – Salamah – Ibn Ishaq: Qiblat diubah pada Sha’ban, delapan belas bulan sesudah Rasulllah singgah di Medina.

      Ibn Sa‘d – al-Waqidi memberkan catatan yang sama, menambahkan: Qiblat diubah ke Ka’nah pada hari Selasa siang, separuh jalan melewati Sha’ban.

      Menurut Abu Ja‘far (al-Tabari): Yang lain berkata bahwa Qiblat diubah ke Ka’bah enambelas bulan sesudah masa Hijrah. Others say that the Qiblah was changed to the Ka‘bah sixteen months after the beginning of the Hijrah era.

      Mereka yang berkata seperti ini..
      Menurut Al-Muthanna b. Ibrahim al-Amuli – al-Hajjaj – Hammam b. Yahya – Qatadah: Mereka shalat menghadap Jerusalem sementara Rasuullah ada ddi Mekkah sebelum Hijrah. Sesudah Rasulullsh berpindah, dia shalat menghadap Jerusalem untuk 16 bulan dan sesudah itu diubah kearah Ka’bah.

      Menurut Yunus b. ‘Abd al-A‘la – Ibn Wahb – Ibn Zayd: Nabi menghadap kea rah Jerusalem 16 bulan, dan kemudian terdengar di telinganya Yahudi berkata, “Demi Allah, Muhammad dan para sahabatnya tidak tahu Qiblat mereka sampai kami mengarahkan mereka.” Ini tidak menyenangkan nabi dan dia menengadahkan mukanya ke Langit, dan Allah berkata, “Kami melihat mukamu menengadah ke langit…..”(The History of Al-Tabari: The Foundation of the Community, translated by M. V. McDonald, annotated by W. Montgomery Watt [State University of New York Press (SUNY), Albany 1987], Volume VII, pp. 24-25; bold emphasis ours)

      Al-Tabari tidak masalah mengakui bahwa Muhammad memutuskan mengubah arah shalat sesudah Yahudi memperoloknya.

      Menariknya, sumber Muslim menyatakan bahwa Muhammad telah shalat menghadap Jerusalem semasa ada di Mekkah: …Sementara dia ada di Mekkah dia menghadap ke Syria ketika shalat, dan ketika dia berdoa di antara sudut sebelah selatan dan batu hitam, memposisikan Kabah antara dirinya dan Syria…..(The Life of Muhammad: A Translation of Ishaq’s Sirat Rasul Allah, with introduction and notes by Alfred Guillaume [Oxford University Press, Karachi, tenth impression 1995], p. 135)

      Pada lain kesempatan seseorang yang shalat menghadap Mekkah di koreksi oleh Muhammad dan mengarahkannya kearah Jerusalem!!
      Ma‘bad bin Ka‘b bin Malik bin Abu Ka‘b bin al-Qayn, saudara B.Salima, berkata kepadaku bahwa saudaranya ‘Abdullah b. Ka‘b yang adalah salah seorang Anshar yang sangat terpelajar mengatakan kepadanya bahwa ayahnya Ka‘b salah seorang yang hadir di al-‘Aqaba dan melakukan penghormatan kepada rasul, menginformasikan dia berkata: ‘Kami pergi bersama para pesiarah musyrik dari orang-orang kami untuk shalat dan mempelajari tata cara ziarah. Bersama kami adalah al-Bara’ b. Ma‘rur ketua dan senior kami. Ketika kami mulai perjalanan dari Medina al Bara berkata, “Aku sampai pada suatu kesimpulan dan aku tidak tahu apakah engkau akan setuju denganku atau tidak. Aku pikir bahwa aku tidak akan memutar punggungku pada bangunan ini” (Ka’bah), “dan aku akan sembahyang menghadapnya.” Kami menjawab bahwa sebegitu jauh yang kami tahu nabi kami shalat menghadap Syria dan kami tidak menginginkan bertindak berbeda. Dia berkata, “ Aku shalat menghadap Ka’ba.” Kami berkata, “Tetapi kami tidak.” Ketika saatnya shalat datang kami shalat ke arah Syria dan dia shalat kea rah Ka’nah sampai kami datang ke Mekkah. Kami menyalahkan dia untuk apa yang dia lakukan, tetapi dia menolak untuk berubah. Ketika datang ke Mekkah dia berkata kepadaku, “Kemenakan, mari kita pergi ke rasul dan bertanya kepadanya tentang apa yang kita kerjakan dalam perjalanan kita. Karena aku merasa was-was sejak aku melihat perlawananmu.” Maka kami pergi untuk bertanya kepada rasul… Al Bara berkata, “O rasulullah, aku datang dalam perjalanan ini auwloh membimbingku kepada Islam dan aku merasa bahwa aku tidak bisa membelakangi bangunan ini, maka aku shalat menghadapnya, tetapi ketika para sahabatku berlawanan denganku aku merasa was-was. Apa pendapatmu, O rasulullah? “Dia menjawab, “Engkau akan mempunyai Qiblat bila engkau menjaganya,“ maka al Bara’ kembali ke qiblat rasul dan shalat menghadap Syria. Tetapi orang-orangnya menyatakan bahwa dia shalat menghadap Ka’ba sampai hari matinya; tetapi tidak demikian. Kami tahu lebih banyak tentang dia daripada mereka (237).’ (Ibid., p. 202; bold emphasis ours)

      Pada faktanya, sumber ini mengklaim yang sama bahwa Jerusalem adalah arah Muslim yang paling awal, bukan Mekkah: Dan ketika qiblat diubah dari Syria ke Ka’ba – itu diubah dalam Rajab pada awal bulan ke tujuh belas sesudah rasul datang ke Median — Rifa‘a b. berkata: Qardam b. ‘Amr, sekutu Ka‘b’s; al-Rabi b. al-Rabi‘ Abu’l-Huqayq; dan Kinana b. al Rabi‘ b. Abu’l-Huqayq datang kepada rasul bertanya kenapa dia membelakangi pada Qiblat yang dia gunakan untuk menghadap ketika dia menganggap bahwa dia mengikuti agama Abraham. Bila dia mau kembali kepada qiblat di Jerusalem mereka akan mengikuti dia dan menyatakannya benar. Niat tunggal mereka adalah untuk merayu dia dari agamanya, maka auwloh mengirim wahyu mengenai mereka: “Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka dari kiblatnya yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot; –yakni untuk mengetest dan menemukan mereka.– Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh auwloh; –yaitu godaan– Dan sungguh itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh auwloh; dan auwloh tidak akan menyia-nyiakan imanmu — yaitu PADA QIBLAT YANG PERTAMA, kepercayaanmu kepada nabimu dan ketaatanmu kepadanya kepada Qiblat yang kemudian dan kepatuhanmu kepada nabimu ditempat itu, yaitu dia akan memberikan pahala kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia (Ibid., pp. 258-259; capital emphasis ours)
      Seluruh sumber, Quran, Sira dan Tafsir, berbicara hanya satu perubahan qiblat, dari Qiblat awal (Jerusalem) kepada Qiblat yang baru (Mekkah). Tampaknya Muhammad dan pengikutnya shalat kearah Jerusalem (yang sama dengan ke arah Syria) dari masa awal karir kenabian Muhammad, yaitu lebih dari 13 tahun (seluruh waktu di Mekkah, plus 18 bulan di Medina).

      Apa yang menakjubkan adalah bahwa Muhammad menggantikan praktik yang sangat monotheistic untuk hal yang berasal dari orang Arab Mekkah penyembah berhala!

      Catat bahwa pengubahan arah shalat muslim –dari Jerusalem ke Kabah— terjadi pada saat ketika Kabah penuh dengan berhala dan penyembahan kepada ilah yang palsu (berhala) adalah praktik harian pada tempat pemujaan itu, bertahun-tahun sampai Muhammad menyerbu Mekkah….

      Muhammad mencari Yahudi untuk menariknya ke Islam, dan mengadopsi arah shalatnya adalah salah satu alat yang digunakan untuk usahanya itu. Sesudah menjadi nyata bahwa Yahudi tidak akan pernah mengikutinya, dia berbalik melawan meraka, dan meninggalkan puasa pada Ashura dan Qiblat yang dia pilih untuk mengesankan mereka dan memenangkan mereka. Sesudah Muhammad kehilangan harapan bahwa komunitas Yahudi dan Kristen akan bergabung dengan gerakannya, satu-satunya kelompok yang masih dapat diharapkan untuk bergabung dengan dengannya adalah berbagai suku-suku Arabia.

      Muhammad mengikuti berbagai ibadah Yahudi untuk memperoleh sympati mereka. Tampaknya untuk alasan oportunis yang sama dia sekarang mengubah Qiblat Muslim ke arah Kabah, pusat pemujaan Arab Jahiliyah, meskipun faktanya Kabah penuh dengan berhala. Adalah susah untuk dikatakan spekulasi tak berdasar anggapan bahwa dia memberi tempat suci mereka posisi yang sangat penting dalam agamanya adalah dalam rangka untuk membuatnya lebih menarik perhatian orang Arab untuk bergabung dengan Islam.

      Catatan penutup:
      Ini sangat nyata dari contoh-contoh di depan bahwa Quran berisi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan Muhammad. Pandangan Muhammad terhadap orang-orang dan kejadian tertentu membantu untuk membentuk gaya dan isi Quran. Sebagai contoh, penolakan Yahudi membawanya untuk membatalkan kewajiban agama tertentu seperti arah shalat Muslim dan memasukkan ini ke dalam Quran dalam rangka memberi mereka sebuah sangsi ilahi. Ini menunjukan asal Quran yang sangat manusiawi, bahwa perintah dan instruksi Quran tidaklah diturunkan dari tempat tinggi tetapi hanyalah sebagai akibat perasaan dan pengalaman Muhammad.

      Muslim harus mengatasi persoalan atas fakta bahwa Quran berisi buah pikiran manusia belaka dan ekspresi dari Muhammad sendiri, dan oleh karena itu bukanlah berasal dari yang ilahi. Atau mereka harus menerima fakta bahwa Allah berubah pikiran dan ajaran dalam rangka memenuhi hasrat dan keinginan Muhammad, sesuatu yang bahkan Quran sendiri menegaskanya secara gamblang.
      Sungguh Kami (sering) melihat mukamu (Muhammad) menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat YANG KAMU SUKAI. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidilharam itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. [QS 2:144 Al Islam]

      Melihat semua hal ini, apakah ada yang mengherankan bahwa banyak sarjana dan penulis melihat Quran membatalkan praktek monotheistic yang khas sebagai pengganti kebiasaan dan upacara kafir sebagai bukti bahwa Quran adalah sungguh-sungguh produk Muhammad ketimbang wahyu dari Tuhan?

      Juga, apakah ini mengejutkan para pembaca ketika individu-individu semacam penulis dan apologist Kristen DR. Robert Morey bisa membuat pernyataan berikut tentang Muhammad membatalkan arah shalat?

      Awalnya Muhammad mengatakan pengikutnya untuk shalat menghadap Jerusalem. Kemudian dia mengatakan kepada mereka karena Allah ada di mana-mana mereka boleh menghadap ke arah manapun yang mereka ingini. Kemudian dia mengubah pikiran kembali dan mengarahkan mereka shalat menghadap Mekkah (Sura 2:115 vs 2: 144). Banyak sarjana percaya bahwa perubahan arah tergantung kepada dia mencoba menyenangkan Yahudi ataukah orang-orang pagan. (Morey, The Islamic Invasion: Confronting the World’s Fastest Growing Religion. Harvest House Publishers, Eugene, Oregon 1992, p. 146).

      Dan adakah sesorang yang sungguh-sungguh terkejut bahwa istri Muhammad sendiri bisa membuat pengamatan cerdas seperti ini berkaitan bagaimana “wahyu” yang selalu datang disesuaikan dengan kesenangan dan khayal Muhammad ?

      Diriwayatkan Aisha : Aku mengawasi perempuan-perempuan itu yang memberikan diri mereka ke rasulullah dan aku berkata, “Dapatkah seorang perempuan memberikan dirinya (kepada pria)?” Tetapi ketika Allah mewahyukan: “Engkau (O Muhammad) dapat membatalkan siapapun yang engkau kehendaki dari mereka (istri-istri mu), dan engkau dapat menerima siapapun dari mereka yang engkau ingini; dan tidak disalahkan bagimu bila engkau mengajak kembali salah satu dari yang engkau ceraikan (bersifat sementara) [33.51] Aku berkata (kepada Nabi) , “Aku merasa bahwa Tuhan selalu dengan cepat memenuhi keinginan dan hasratmu.” [Sahih al-Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 311].

      Jelas terlihat, Aisha menyindir si Mamad nabi gadungan itu dengan mengatakan bahwa kalau orang lain tidak boleh tetapi bila itu buat si Mamad boleh-boleh saja. Tentu dengan disahkan oleh ayat-ayat yg turun langsung dr si auwloh utk memenuhi hasrat (nafsu) nabi gadungan kita itu. Ini sekaligus membuktikan kepalsuan keduanya; kenabian si Mamad, dan ke-Tuhan-an si auwloh. Keduanya palsu. Muhammad nabi palsu, dan auwloh Tuhan palsu!!!

  3. hamba Allah says:

    astaghfirullah, saya baru menemukan web yg dengan berani menghina islam dan mengarang cerita dengan sedemikian rupa, yang anda tulis ini semuanya melenceng dr apa yg islam ajarkan, aturan tentang haji yang anda ciptakan, anda pikir siapa anda bisa dengan jamblang menulis kata kata kotor ini, jangan bandingkan Quran dengan kitab kalian, Quran adalah perkataan Tuhan sedangkan kitab kalian adalah dongeng duniawi semata, subhanallah, untukmu agamamu UNTUKKU AGAMAKU !

  4. Ai says:

    Dasar tukang makan binatang buas,.otaknya goblok persis binatang.
    agama gue dikata-katain. Udah tau agama lu yg salah di ajarannya aja banyak yg KURANG bener.
    Pake sok tau agama islam lagi, semua info yg lu kasih tau itu semuanya salah. Masuk islam dulu lu, baca isi alquran baru lu boleh cerita apa yg SEBENERNYA. jangan asal sok tau. Baca di wiki ato sejarahwan itu kebanyakannya buatan manusia semata. jadi mendingan lu baca SEMUA kitab di Dunia ini terus lu ringkas pake otaklu sendiri! Kalo cuma 1 doang gada gunanya pelajari SEMUA baru lu bakalan tau yg bener.

    • Aisha says:

      Quranmu adalah kitab dongengnya Muhammad yg asal contek kisah2 tokoh2 Alkitab secara ngawur dan memasukannya di kitab fiksi bin dongeng ciptaannya.

      Muhammad adalah penipu yg tak kuasa mengendalikan nafsunya sendiri sehingga tega menyetubuhi anak kecil yg belum mens. Wanita2 cantik istri orang disikat juga setelah terlebih dulu membunuh suami dan seluruh keluarganya ( safiyah,rayhannah dll )
      Bahkan menantunya sendiri ( istri anak angkatnya Said ) yg bernama Zainab dikawinin juga ).

      Sungguh Islam adalh ajaran setan dari neraka, bertobatlah kawan.

    • Haji Mabrur says:

      Kayanya anda yg perlu membaca referensi2 dari tulisan ini.. Supaya anda mengerti bahwa muhammad bukanlah nabi dan utusan Tuhan.
      Saya juga yakin anda tidak mengerti isi alquran, karna anda tidak membaca terjemahan alquran. Atau mungkin anda tdk mengerti arti terjemahan alquran karna kalimat dan kata2 dalam alquran berbelit2.
      Bacalah alkitab teman. Bacalah dari kitab kejadian sampai kitab wahyu yohanes.
      Mudah2an TUHAN YESUS membuka hati anda. Amin

  5. ex-murtadin says:

    TUHAN yang disembah oleh kaum yahudi dan nashronni adalah NAMANYA adalah YAHWEH sedangkan ilah yang disembah semua muslim bernama allah swt azza wa jalla. Jelas yang disembah oleh kaum yahudi dan nashronni dengan yang disembah muslim bukan sesembahan yang sama. Jadi tolong para muslim yang menulis di blog ini jangan bertakiyah (berdusta berbohong demi agama islam) lagi seakan akan yang disembah yahudi dan nashronni dengan yang disembah muslim adalah sama padahal ajarannya saja sudah jelas bertolak belakang satu sama lain. Ini sama dengan sikap munafik !
    allah ilah sesembahan muslim memerintahkan ummahnya untuk memerangi kaum non muslim dimana saja mereka berada sekalipun mereka ada di tanah air mereka sendiri dan tidak menyerang muslim seperti yang terjadi di poso ambon dan di iraq yang dituduh kafir najis haram syirik dan musyrik dengan memenggal kepala mereka memotong tangan mereka merampok merampas harta benda mereka dan memperkosa istri dan anak anak mereka ( quran surah ke 9 surah pedang dipoles namanya menjadi surah taubah ) sedangkan TUHAN sesembahan kaum yahudi nashronni memerintahkan ummahnya untuk saling mengasihi menyayangi sesama manusia walaupun mereka berbeda agama keyakinan suku ras golongan dan kelompok dan mendoakan mereka yang menganiaya menindas berbuat jahat kepada kaum yahudi dan nashronni. TUHAN kaum yahudi nashronni dan Tuhan kaum kafir harbi (diluar yahudi dan nashronni) tidak pernah memerintahkan ummahnya untuk berperang menyerang merampok menjarah membunuh memperkosa dan memperbudak mereka yang tidak mau menyembah DIA hanya karena mereka tidak menyembah dan percaya kepada DIA dan mengakui nabiNYA TUHAN

    YAHWEH ELOHIM yang disembah yahudi nashronni adalah ROH YANG MAHA SUCI MAHA HADIR disemua tempat sedangkan allah swt azza wa jalla adalah dzat ( batu hitam hajarul aswad yang disembah sembah muslim cuma bisa ada di satu tempat saja di mekkah sana) yang nyawa muhammad ada dalam tangannya

    YAHWEH ELOHIM memandang kudus ikatan pernikahan antara seorang laki dan seorang perempuan sehingga keduanya dianggap menjadi satu daging beda jauh dengan allah swt yang menganggap wanita sebagai pabrik anak laki-laki untu dibuat menjadi pasukan jihad melawan memerangi membunuh merampok memperkosa memperbudak kaum non muslim dimanapun kaum non muslim ini berada sekalipun mereka sama sekali tidak menyerang muslim seperti yang terjadi di poso ambon dan iraq saat ini. seorang suami muslim dengan 4 orang istri muslimah dan budak budak wanita yang tidak dibatasi jumlahnya dan halal untuk disetubuhi diperkosa sekalipun budak pelayan wanita pembantu rumah tangga tersebut sudah bersuami adalah sama dengan kawinnya seekor anjing jantan dengan beberapa ekor anjing betina cuma melampiaskan hawa nafsu semata tanpa moral sama sekali

  6. Tasdid Aja says:

    Peiharalah keutuhan & kedamaian NKRI …! Jika anda memang orang yang beragama, sebab setiap agama tdk ada yang mengajarkan saling hujat menghujat, jika itu terjadi berarti dari oknumnya …. !

  7. PEACE says:

    mengapa bukan Pecundang

  8. PEACE says:

    TAMBAH wAwasan

  9. andreasmalau says:

    Muslim itu akan cepat2 buka taurat dan injil sebagai alasan menutupi kepalsuannya,pertanyaannya : kenpa tdk buka al quran ? Apa krn al quran cuma karangan seorang buta huruf ? Ini perlu dijawab oleh muslim, setiap terpojok dalam pertanyaan selalu membuka tauarat dan injil, rupanya para muslim sdh lebih giat mengorek2 isi bible ! Tp aku mau berkata : kalian pengikut muhammad akan terkunci otak warasnya oleh tipuan muhammad- mana mungkin Allah yg maha kudus memilih ka’bah sebagai tempatnya ? Kab’bah tempat berhala, awloh setan yg berdiam diri disana-bagi Allah ka’bah itu adalah suatu kenazisan !! Perlu kalian ketahui ! Allah tdk pernah mengangkat seorang nabi dari keturunan budak yaitu ismail ! Ini hrs kalian sadari !!!!!! Muhammad itu penjahat perang !!!

  10. Himawan says:

    Semoga Allah matikan engkau dalam kondisi saat ini..

Leave a comment